Mohon tunggu...
Sardo Sinaga
Sardo Sinaga Mohon Tunggu... Freelancer - IG: @raja_bodat

Pecinta Sejarah dan Ilmu Budaya. Pemula. Menulis Apa Saja Yang penting Tidak Melanggar Hukum.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Fanatisme Musik, Wajarkah?

8 Juli 2020   07:00 Diperbarui: 8 Juli 2020   07:08 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Konser Musik. Gambar: pexels.com/Wendy wei

Ada 3 poin utama dalam video yang bisa dijadikan alasan ia tidak menyukai dirinya dijadikan idola banyak orang. Point pertama fans terlau banyak menuntut karena tanpa adanya mereka, idola tersebut tidak akan ada. Yang kedua yang mengaku fans kebanyakan bukan fans dikarenakan orang tahu idolanya karena lagi naik daun, bukan karena fanatik. Yang ketiga fans dapat merenggut nyawa seseorang dikarenakan tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.

Dua jawaban dari narasumber tersebut bisa kita simpulkan bahwa tidak ada yang salah dalam memilih sebuah idola. Namun ada beberapa point penting dalam menanggapi fenomena tersebut. Fanatisme sendiri mampu menggambarkan karakter individu-individu dalam menyikapi sebuah trend tertentu. Antusias yang sangat meluap-luap sangat wajar oleh beberapa orang namun terkadang hal itu mampu membuat seseorang risih bahkan merenggut nyawa seseorang.

Penulis ber-argurmen ada takaran-takaran tertentu dalam hal fanatisme. Jika pembaca membaca tulisan ini, pembaca akan melihat bahwa ketika menjadi fanatisme dia akan menjadi seorang edgy. Edgy dalam artian dia akan mencari karakter yang sesuai dengan kepribadiannya. Ketika dia sudah mampu menemukan idolanya, sadar atau tidak sadar dia berusaha mencari dan meng-aplikasikan idolanya ke kehidupannya dan menunjukkan bahwa "ini loh favoritku" atau "aku banget ini".

Pada tahap ini, seorang sudah masuk keranah fanatisme akan berupaya ia menjadikan dirinya sebagai cerminan dari idolanya. Seorang fanatisme akan berupaya berkorban apapun itu untuk idolanya baik dari membeli barang souvenir idolanya, tiket konser, bahkan memberikan hadiah kepada idolanya. Dan bukan lagi pada tahap bahwa ia akan menunjukkan karakternya.

Namun perlu kita ketahui bahwa fanatisme bisa kita lihat dari dua sudut pandang yaitu positive dan negative. Dari sudut pandang positive, seorang fanatisme akan berusaha memberi opini atau saran agar idolanya tetap dapat menampilkan performa yang maksimal dan sesuai karakter asli idola tersebut. Lalu kenapa ada positive-nya?

Hal ini dikarenakan ketika individu akan mempunyai karakter yang mampu diterima oleh sesama penggemar. Selain itu, ketika berbagai individu membentuk sebuah komunitas, mereka akan terus mengikuti bahkan memberikan masukan ke idola terkait. Mereka tidak lagi hanya sekedar menggemari, nonton konser, ataupun menekuni bidang musik.

Sedangkan dari sisi negative-nya, ketika seorang penggemar berusaha mengikuti, menuntut, bahkan sampai merenggut nyawa seorang idolanya seperti yang dikatakan pandji tesebut. Hal ini yang akan menimbulkan adanya sisi lain dari sebuah seni. Yaitu, menjadikan masyarakat awam paranoid tentang fanatisme. Dikarenakan fanatisme masih dianggap sebagi tindakan anarkis walapun sebenarnya fanatisme di bidang musik tidak sekeras fanatisme sepak bola.

Bisa dibilang penulis memahami fenomena fanatisme bisa dibilang wajar dalam dunia musik. Hal ini disinggung sebelumnya bahwa seseorang punya hak penuh menentukan idolanya serta genre musik yang sesuai karakternya. Walaupun selera musik yang ia sukai akan berubah sesuai momen tertentu. Namun hal itu menjadi sebuah masalah ketika fanatisme berperilaku anarki atau yang bersifat merugikan orang lain. 

Opini Dari: Sardo Sinaga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun