[caption id="attachment_303715" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar Detik2 Pergantian Tahun."][/caption]
Perayaan tahun baru amat sangat disambut meriah oleh masyarakat. Baik tua muda semua menyambutnya dengan hiasan yang menggembirakan. Yang di desa pergi ke kota dan yang di kota pergi ke alun-alun. Hal ini dilakukan rame-rame menyambut datangnya tahun baru itu. Memang sungguh mengembirakan dan mengasyikkan!
Di media. TV misalanya, tampak konser gruop band papan atas di negeri kita ini. Mereka bernyanyi, bergoyang, dan lain sebagainya. Begitupun penonton yang ada di bawahnya, mereka sangat antosias berjoget mengikuti alunan musik yang dibawakan setiap musisi band itu.
Ketika jarum jam hendak melewati angka dua belas, terompet bersaut-sautan sana sini. Orang, semua meniup terompet. Ada yang berukuran besar dan ada yang berukuran kecil terompetnya. Dan, apabila detik-detik itu hampir melewati angka dua belas, mereka sama-sama menghitungnya. “1 2 3”. Kemudian kembang api menghiasi langit di atas.
Sepintas, saya berpikir dan muncul tanda tanya dalam benak ini, sebenarnya ada apa dengan tahun baru itu ko’ masyarakat sampai sebegitunya dalam merayakannya?
Kadang masyarakat kita kegembiraannya cuman karena mencontoh. Mencontoh ala hidup orang-orang barat. Mereka ikut-ikutan gembira meskipun pada sesungguhnya jiwanya mengalami kegusaran. Disini letak kelemahan masyarakat kita. Kapan mau jadi diri kita sendiri kalau hidupnya senang mencontoh. Mungkin mereka akan berpikir bahwa dengan itu mereka sudah maju.
Saya tanyakan satu kali lagi, apakah itu yang di sebut kemajuan?
Mungkin Anda bisa menjawab sendiri. Tapi bagaimanapun jawabanmu itu adalah milikmu dan siap akan dioleh menjadi suatu komitmen dalam menjalani hidupmu. Semoga barokah bagi Anda pembaca yang disayangi Allah Swt.
Oke, kembali lagi. Kalau saya pikir datangnya tahun baru itu merupakan sebuah refleksi bagi diri kita dan sebuah renungan bagi kita kedepan. Dengan datangnya tahun baru itu artinya dunia ini sudah semakin tua dan kemudian siap menghadapi keruntuhan. Ibarat orang, dunia ini ibarat nenek-nenek yang sudah renta yang tak lama lagi akan menemui ajal.
Bayangkan, jarak antara kehidupan zaman Rhasulullah hingga sekarang sudah mendekati lima belas abad. Apalagi mulai zaman Nabi Isa hingga Nabi Adam. Sudah, bayangkan sendiri umur dunia ini.
Ya, seperti itulah. Seharusnya datangnya tahun baru itu dijadikan sebuah renungan bagi kita bukan malah dijadikan moment untuk bergimbira ria, berpesta, dan lain sebagainya. Kaso'on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H