Jutaan-miliaran rupiah biaya yang harus dikeluarkan untuk biaya kampanye dan untuk rakyat. Disebabkan karena biaya yang terlalu besar itulah, banyak kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi. Kalau hanya mau mengambil dari gaji setiap bulan, tidak mungkin bisa menutupi biaya pemilihanyang menghabiskan miliaran itu. Hal inilah yang paling vital memicu beberapa kepala daerah untuk berbuat korupsi.
Bisa dipandang, banyaknya kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi itu, mengindikasikan betapa buruknya di negara ini menjalankan sistem demokrasi.
Seandainya pemilihan itu tidak diwarnai dengan sistem suap, maka tidak mungkin menghabiskan biaya semahal itu. Coba bayangkan kalau masing-masing orang mendapat seratus ribu, sedangkan rakyat disuatu daerah ratusan ribu jiwa. Sebenarnya sistem suap ini yang tidak baik. Tapi, sayangnya di negeri ini merupakan suatu hal yang biasa dan wajar dilakukan tiap kali mengadakan pemelihan umum.
Itulah pemandangan demokrasi di Indonesia. Semua tergantung pada uang. Sehingga, Sila kesatu mulai bergeser menjadi “keuangan yang maha kuasa.” Padahal yang namanya sistem demokrasi itu dari rakyat dan untuk rakyat secara murni tidak diiming-imingi dengan uang.
Kekuasaan, sudah menjadi hal yang wajar diperebutkan, sudah mulai dulu. Tapi, kurang wajar kalau kekuasaan itu dibeli. Ya, dibeli. Sistem suap itu sama saja membeli pada rakyat. Kalau tidak dibeli, mereka takut dirinya kalah dalam suatu pemilihan dan kalau kalah, maka kekuasaan tidak ada di tangannya. Dikemudian hari, kalau cara ini tidak berubah, kekuasaan akan berada di tangan orang yang memiliki modal besar dan korupsi di negeri ini tidak akan pernah usai.
Anehnya, cara ini sudah mengakar di tengah masyarakat kita. Setiap ada pemilihan umum, pasti sudah tergambar uang. Disetiap ada pemelihan lokal maupun nasional sudah pasti masyarakat mengatakan: kalau tidak ada uang tidak akan memilih. Masyarakat baru akan memilih kalau uang sudah ada di tangannya.
Gunakan Hati dan Pikiran
Kita masih harus menunggu satu tahun lagi. Tahun 2014 mendatang kita akan memilih pemimpin baru. Masa depan Indonesia terletak di tangan kita masing-masing. Maka, dalam jangka satu tahun itu, bagaimana mengoptimalkan pikiran kita untuk mempikirkan tentang kemajuan negara ini. Berpikirlah secara jernih.
Kemiskinan dan pengangguran masih banyak. Tindakan kriminalitas, kekerasan, dan diskriminasi masih sering kita jumpai. Pembangunan masih terbengkalai didalam negara ini. Maka dari itu, kita perlu tindakan nyata. Jangan hanya lempar tanggung jawab.
Kita perlu mengetahui, negara kita sekarang bagaimana dan seperti apa. Hal-hal yang harus dibenahi di negara kita apa.Kalau sudah mengetahui, baru kita mempikirkan lagi tentang pemimpin di negara ini yang pas dengan keadaan negara. Perlu memilah pemimpin yang benar-benar dibutuhkan bangsa ini. Kita memilih harus dengan hati dan dengan pikiran. Jangan dengan uang. Uang itu malah membawa kehancuran bagi kita.
Kita bandingkan. Sepintas, bagi kita terasa bahagia karena banyak uang saat pemilihan itu. Tapi, apakah dijamin keadaan kita lima tahun kedepan akan tentram dan sejahtera. Nah, saat itulah kita perlu memperbandingkan. Sekali lagi, memilih itu harus dengan hati dan dengan pikiran. Karena ini sangat erat kaitannya dengan stabilitas negara kita kedepan.
Ibarat sebuah kapal. Kita berlayar sudah jauh di tengah lautan lepas. Sebentar lagi pergantian nahkoda. Sedangkan keadaan kapal belum stabil. Di tambah gelombang besar yang tak jarang menghantam kapal tersebut dan mengakibatkan penghuninya bergoncamg-goncang didalamnya.
Dan, apabila kapal mengalami keadaan seperti itu, maka yang dibutuhkan nahkodayang profesional. Yang benar-benar mengetahui keadaan kapal dan penghuninya. Akrab dan suka mendengarkan aspirasi penghuninya. Kompak dengan para awak kapalnya lainnya.
Hal itu semua dibutuhkan supaya kapal tidak tenggelam. Kapal menjadi tentram dengan penghuninya menuju daratan yang namanya kemajuan. Kaso'on.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H