Bercerai itu merupakan sebuah pintu dalam ikatan kekeluargaan. Yang mana pintu itu amat sangat ditakuti. Jangankan membuka, mendekati saja sangat ditakuti. Ingin semua keluarga menjauhinya. Tapi, apabila dalam suatu ikatan keluarga terkena konflik atau masalah yang begitu rumit dan komplek antar kedua belah pihak, sebut saja suami istri, tak jarang membuka pintu itu menjadi pilihan, menjadi solusi, dan menjadi jalan.
Dalam suatu ikatan kekeluargaan, bercerai mungkin sangat mudah dan gampang dilakukan. Tapi –selain bercarai ini suatu hal yang sangat dibenci oleh Tuhan– kalau dalam ikatan keluarga itu sudah diberi karunia anak, anaklah yang menjadi korban. Padahal ia (anak) itu tak berdosa. Sianak itu tentu saja tidak ingin cerai, hancur, dan runtuh. Justru yang ia dambakan keromantisan yang dibangun di atas keutuhan dalam keluarganya.
Nah, dalam buku Asma Nadia DKK yang berjudul Jangan Bercerai Ibunda ini, Anda akan menemukan solusi dan jalan yang baik dalam mengarungi samudra kehidupan dengan keluarga Anda. Buku ini membuka jalan untuk merenggut sakina mawaddah warahmah dalam suatu ikatan kekeluargaan.
Buku yang terdiri dari 298 halaman ini mengajak kita berguru pada pengalaman yang dihidangkan oleh para penulis di dalamnya. Anda akan menemukan pangkal masalah di dalam setiap masalah yang berujung pada penceraian.
Seperti dalam tulisan Yayah Siti di buku ini. Ia menggambarkan keluarga seorang perempuan yang bernama Nia. Nia ini punya suami bernama Firman. Keluarga cukup bahagia. Suaminya punya penghasilan yang lebih dari kebutuhannya. Anak anaknya tumbuh sehat semua. Intinya, keluarga Nia ini sangat bahagia.
Suatu ketika Nia membuka jejaring sosial, facebook. Di situlah Nia kembali menemukan mantan pacarnya. Ia mulai menjalin hubungan lagi dengan mantan pacarnya di belakang Firman, suaminya. Nia kembali ketemuan dengan pacarnya. Dikemudian hari setelah beberapa kali Nia ketemuan dengan pacarnya, terbesit dalam hatinya bahwa yang dilakukan itu merupakan keselahan besar. Ia mulai menyadari. Ia mulai menghindar dari pacarnya. Ia bermaksud akan menyangi keluarganya kembali sepenuh hati. Tapi, apa yang akan dilakukan Nia ini sudah terlambat. Suaminya menemukan foto dirinya dengan pacarnya yang beradegan mesra. Malam itu juga Nia diceraikan oleh suaminya. Malam itu juga Nia disuruh pulang oleh suaminya. (Halaman 35-50)
Dari penggalan cerita di atas, nampak bahwa kebahagian dalam kekeluargaan itu bukan karena kita banyak harta. Bukan karena kita punya segalanya. Kebahagiaan dalam kekeluargaan itu bisa kita temukan dalam buku ini.
Itulah kehidupan. Hidup tidak selamanya putih, hidup tidak selamanya hitam, dan hidup tidak selamanya kelabu. Hidup selalu penuh warna, dan setiap warna memiliki arti. Saat warna-warni itu dipadukan menjadi lukisan oleh pelukis berbakat, maka indahlah hasilnya. (Halaman 257)
Lukislah hidupmu seindah mungkin karena disetiap lukisan itu terselib makna indah yang akan menjadi suatu kenangan yang sulit dihilangkan. Bahkan sama sekali tidak bisa dihilangkan. Dengan lukisan itu kamu akan tersenyum dikemudian hari saat lukisan indah hidupmu itu tergambar dan menari lagi lagi di ingatanmu.
Terakhir, sekali lagi, buku ini sangat bagus dimiliki oleh setiap seseorang. Lebih-lebih bagi seseorang yang ingin mengarungi samudra kehidupan baru bersama pasangannya.
Judul Buku: Jangan Bercerai Bunda
Pengarang: Asma Nadia DKK
Penerbit: AsmaNadia Publishing House
Tebal Buku: 298 halaman
Harga buku: Rp. 49.500
Ukuran Buku: 14x20,5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H