Mohon tunggu...
Sarbowo Galeh
Sarbowo Galeh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Laki-laki tangguh dan tabah dalam menghadapi masalah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membeli Kejujuran

24 Desember 2013   10:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:32 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pintu rizki terbanyak adalah jual beli. Jual beli halal, riba haram. Jual beli barang itu sudah biasa, begitu juga jual beli jasa itu sudah lumrah. Jual beli akan terjadi transaksi jika harga disepakati. Kesepakatan harga terjadi jika penjual sudah mendapat untung yang dikehendaki dan pembeli merasa murah dan terjangkau oleh dompetnya.

Perkembangan zaman membuat pergeseran sistem jual beli. Zaman dulu kita kenal barter, zaman ini kita kenal online. Jual beli zaman dahulu mesti ada barang atau jasa di hadapan kita, sekarang, cukup dengan klik. Mereka bilang, ada barang ada uang, ada harga ada rupa, dan seterusnya.

Mudahnya transaksi jual beli sekarang didukung kemajuan teknologi. Hanya dengan satu kali klik, sudah bisa mendapatkan apa yang diinginkan, baik oleh penjual maupun oleh pembeli. Kemudahan ini akan selalu berkembang dan semakin berkembang. Dalam proses transaksi, bukan lagi serah terima barang dan uang secara langsung. Proses serah terima diwakili oleh “klik”. (Coba klik di sini)

Lebih mengejutkan lagi tentang perkembangan sistem jual beli ini adalah terjadi pada jenis komoditasnya. Zaman dulu hanya dikenal barang dan jasa sebagai komoditasnya. Sekarang ini  orang sudah menjal belikan kepercayaan, kejujuran, bahkan ada yang jual beli aqidah. Na’udzubillahi min dzalika.

Kejujuran bisa dibeli, artinya mesti juga ada yang menjualnya. Banyak pihak telah membeli kejujuran ini. Di dunia pendidikan sering kita dengar ada kebocoran soal, ada kunci beredar. Di dunia hukum sering kita dengar ketidakadilan terjadi di masyarakat, seorang penegak hukum justru melanggar hukum, seorang penentu keadilan justru diadili, dan seterusnya.

Lalu siapa yang membeli kejujuran itu? Mereka, para pembeli kejujuran, adalah orang-orang yang curang. Orang-orang curang ini berkeliaran di segala lini kehidupan, meraja lela menyusup di celah-celah kebutuhan. Orang-orang curang ini hanya mengenal satu cara: tidak ada cara yang haram. Uh…ngeri sekali.

Lalu, siapa para penjual kejujuran itu? Yang penting jangan sampai kita penjualnya.

Daripada jual beli kejujuran, yang sudah pasti tercela, hina, bahkan mungkin neraka, lebih baik bisnis yang halal. Salah satu bisnis yang direkomendasikan, buka di http://www.klikvsiqu.com/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun