Mohon tunggu...
Sarbowo Galeh
Sarbowo Galeh Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Laki-laki tangguh dan tabah dalam menghadapi masalah

Selanjutnya

Tutup

Money

Membeli Ulang Indonesia

24 Desember 2013   20:17 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:31 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ungkapan Ust. Yusuf  Mansur ini menggugah hati saya untuk bangun dari terlelap. Banyak aset strategis yang benar-benar dikuasai asing. Sementara itu, kita, sebagai pemilik sah aset strategis itu hanya terdiam, bahkan menikmatinya dalam keterpaksaan. Apa bener kita menikmati dengan terpaksa? Mana buktinya? Atau justru kita sengaja menjual (diri) kepada mereka?

Kita tidak terpaksa menikmatinya, tapi kita sepertinya benar-benar tidak menyadarinya. Tidak menyadari bahwa aset strategis negeri ini telah terkuasai asing. Beberapa bukti aset strategis yang telah dikuasai asing: (1) Nilai uang, rupiah selalu terpuruk terhadap nilai tukar asing. Hal ini menujukkan bahwa uang kita memang sudah terbeli harganya oleh asing. (2) Bahan pangan pokok, lihat saja beras dan buah. Dulu, kita pernah berpredikat swasembada beras, sekarang pengimpor beras. (3) Utang luar negeri, dari tahun ke tahun hutang luar negeri dikabarkan meningkat. Data terakhir tercatat US$ 259,9 miliar atau sekitar Rp2.600 triliun (detik.com) (4) dan aset strategis lainnya

Sebagai warga negara yang cinta tanah air, tentu tidak rela aset strategis dikuasai asing. Kita perlu bertindak secara bijak, cepat, dan tepat. Beli ulang Indonesia, ambli kembali aset strategis dengan cara berjamaah. Beli ulang Indonesia dengan mengikuti gebrakan serta gerakan Ust. Yusuf Mansur, yaitu ekonomi berjamaah.

Ust. Yusuf Mansur menawarkan ekonomi berjamaah untuk meningkatkan kesejahteraan negeri yang terkenal kaya akan sumber daya alam ini. Mereka mengenal ekonomi kerakyatan atau apapun namanaya, yang belum terbukti mampu mensejahterakan rakyat. Ekonomi kerakyatan hanya dijalankan pada tataran slogan dan jorgan. Implementasinya masih tanda tanya besar.

Ekonomi berjamaah melibatkan segala potensi kita, potensi anak bangsa. Di sini akan terjadi saling membantu, saling melengkapi, dan saling berbagi. Jika dibandingkan dengan yang sudah dilaksanakan di negeri ini, dikenal subsidi silang. Ekonomi berjamaah boleh dianalogikan dengan berjamaah dalam beribadah, terdapat kesetaraan.

Sebagai bukti nyata implementasikan gerakan dan gebrakan ekonomi berjamaah, Ust. Yusuf Mansur banyak mendirikan perusahaan di berbagai bidang usaha, baik barang maupun jasa. Kita perlu dukung Ust. Yusuf Mansur untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, Indonesia yang akan menjadi tempat mengadu oleh negara tetangga, mengadu untuk memohon-mohon bantuan. Insyaallah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun