Mohon tunggu...
Politik

Menelusuri Peta ISIS di Indonesia

4 Juli 2015   11:44 Diperbarui: 4 Juli 2015   11:44 1216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Negara kita dinilai bak lahan subur bagi kelompok radikalisme-terorisme untuk menebar paham dan propagandanya. Pasalnya, mayoritas penduduk Indonesia ini beragama Islam. Kemudian kelompok militan ini umumnya menyebar ke wilayah-wilayah marjinal dan terpencil. Kenapa? Karena masyarakat yang tinggal di wilayah seperti ini cenderung memiliki tingkat pengetahuan yang rendah. Alhasil, relatif mudah dilakukan perekrutan dengan kegiatan berkedok agama. Padahal, mereka mencuci otak dengan sedemikian rupa sehingga makin banyak pengikutnya.

Maka konon penyebaran paham terorisme cukup cepat di negeri ini. Berdasarkan informasi pihak kepolisian, setidaknya ada lima wilayah di Indonesia yang menjadi kantong simpatisan kelompok radikal ISIS. Kelima kantong tersebut adalah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Jadi masuk di akal bila disebutkan ratusan warga negara kita yang terbang ke Suriah atau Irak untuk bergabung dengan ISIS ternyata diberangkatkan dari Pulau Jawa. Adakalanya anggota ISIS yang ada di pulau Jawa juga mendukung personil dan finansial kepada kelompok teroris di wilayah Indonesia lainnya.

Dalam lingkup yang lebih kecil, pihak kepolisian juga melakukan monitoring kantong-kantong basis ISIS yang berada di wilayah Jakarta dan sekitarnya, seperti Banten, Bekasi dan Tangerang. Bahkan kapolda Metro Jaya mengaku suadh melakukan pemetaan wilayah dimana terdapat orang-orang yang terindikasi bergabung dengan ISIS. Secara spesifik, Bekasi dan Tangerang diduga sebagai sebagai sarang ISIS, mengingat kedua wilayah tersebut masuk dalam zona merah basis perekrutan ISIS.

Tak terkecuali, Banten sebagai penyangga Ibu Kota Jakarta kono dijadikan arena ‘perang suci’ untuk melakukan perlawanan dan balas dendam terhadap aparat Polri-TNI. Diduga faksi-faksi teroris hendak menunjukkan eksistensinya bahwa Banten adalah arena yang tepat untuk menyerang semua pihak yang telah dianggap kafir.

Perlu juga diketahui, pelaku terorisme seperti jaringan Jawa-Sumatera; Serang-Pandeglang-Lebak-Tangerang adalah orang Banten yang melakukan aksinya di luar Banten. Jadi semua jaringan di Pulau Jawa telah menjadikan Banten sebagai pusat latihan dan sekaligus arena perang suci dimaksud.

Nah, orang-orang yang bergabung dengan ISIS umumnya memiliki keterkaitan dengan kelompok teroris yang selama ini masih belum tertangkap di Indonesia. Jadi dibalik penyebaran ISIS di Indonesia ini memang ada pentolannya dan jaringannya.

Seperti kita tahu, ada dua tokoh besar yang menjadi motor ISIS di Indonesia. Mereka adalah amir Jamaah Anshoru Tauhid (JAT) Abu Bakar Ba'asyir dan pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Santoso. Ba'asyir sendiri saat ini tengah menjalani vonis 15 tahun penjara atas keterlibatannya dalam pelatihan teror di Aceh sementara Santoso masih menjadi incaran polisi yang konon masih bersembunyi di hutan di Poso.

Lantaran itu, keberadaan ISIS di Indonesia harus terus diwaspadai. Berbagai propaganda dan paham yang terus disebarkan harus diwanti-wanti. Pasalnya, pada era demokratisasi sekarang ini, setiap orang bebas memutarbalikkan fakta demi kepentingannya. Era kebebasan yang kebablasan ini telah dimanfaatkan oleh orang-orang teroris atau ISIS. Paham terorisme telah memecah umat Islam. Padahal Islam tidak pernah mengajarkan aksi terorisme. Terorisme dan ISIS berusaha untuk memecah belah dan berusaha mengubah ideologi Pancasila.

Kemudian, pihak-pihak berwenang, dalam hal ini Polri dan TNI diharapkan mampu memberikan rasa aman bagi masyarakat. Pihak kepolisian memang melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga, salah satunya dengan BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dan Densus melakukan monitoring bahkan pendekatan kepada simpatisan kelompok terorisme secara persuasif. Upaya penyadaran masyarakat agar tidak termakan rayuan-rayuan bergabung dengan ISIS. Meski begitu, kepolisian masih kesulitan menindak terhadap orang yang baru sebatas termakan paham ISIS.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun