Kelompok radikal terorisme Islamic State of Iraq and Syiria (ISIS) selalu menjadi perbincangan tingkat dunia. Ya, dalam pertemuan bilateral maupun pada konferensi-konferensi internasional, isu terorisme menjadi topik yang senantiasa hangat dan serius dibicarakan.
Walaupun tema ataupun konteks sesungguhnya berbagai pertemuan internasional bukan soal terorisme, akan tetapi persoalan atau problem terorisme dan pemecahannya seolah menjadi prioritas nomor satu yang didiskusikan. Boleh dibilang mayoritas mereka mengambil solusi penanganan terorisme dengan pendekatan keamanan dan pendekatan penegakan hukum.
Ya, kita tahu bahwa Saudi Arabia berinisiatif membentuk aliansi militer 34 negara Islam. Adapun tujuan dari aliansi adalah untuk berjuang memerangi kelompok militan terorisme. Pembentukkan organisasi ini langsung disampaikan Putra Mahkota sekaligus Menteri Pertahanan Kerajaan Saudi Arabia.
Bagaimana Indonesia? Seperti dikatakan Menko Polhukam Luhut Binsar Pandjaitan, negara kita belum memiliki niat untuk ikut bergabung dalam koalisi negara tersebut. Pasalnya, gagasan yang dilontarkan Arab Saudi itu berbentuk aliansi militer.
Meski begitu, bukan berarti kita lengah dan tak memerhatikan bahaya ancaman terorisme. Kita tetap harus berkosentrasi penuh. Kenapa? Karena bila tak berhati-hati dan waspada tinggi, kelompok berpaham kekerasan seperti ISIS betul-betul akan menjadi ancaman nyata bagi nusantara.
 Karena itulah, kita harus selalu waspadai akan setiap propaganda dan ideologi yang mereka tebarkan. Perlu dideteksi sejak dini setiap aksi dan gerakan mereka di kalangan masyarakat, baik itu tingkat
di provinsi, kabupaten, kota hingga pada lingkup terkecil yaitu keluarga. Berbagai kewaspadaan dan kehati-hatian ini harus terus disosialisakan pada seluruh elemen masyarakat.
Nah, salah satu pendekatan yanng dilakukan dalam menangani bahaya ISIS adalah melalui soft approach. Secara konkret, pendekatan ini berupa sosialisasi pada masyarakat bahwa Islam itu ramah, Islam yang kasih sayang, bukan doktrin yang brutal seperti yang dibawa ISIS.
Jadi, ada hal yang lain yang bisa kita lakukan, tidak semata-mata hard approach tapi juga soft approach yang bisa kita kerjakan. Kemudian, metode soft approach selain pendekatan agama adalah berupa pendekatan budaya. Hal-hal inilah yang perlu kita lakukan dengan konsisten, tegas dan berkesinambungan. Sehingga apa yang menjadi ancaman, penanganannya betul-betul bisa kita kerjakan dengan baik.
Kemudian, bagi pihak atau lembaga kepolisian serta Tentara Nasional Indonesia diharapkan untuk terus meningkatkan pengamanan di seluruh tempat publik. Semua masyarakat tentu ingin merasa aman, damai, tenteram dan hidup dalam suasana tenang.
Karena itulah, sangat wajar bila masyarakat berharap agar pengawasan, pengamanan terhadap ruang publik, tempat-tempat publik, tempat ibadah, bandar udara (bandara), pelabuhan, stasiun, terminal bus dan tempat-tempat yang lainnya harus ditingkatkan.