Mohon tunggu...
Gusti Ayu Saras Pagar Dewi
Gusti Ayu Saras Pagar Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - saras

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Ngayah, Gotong Royong Bukan Lelah Sing Mebayah

19 Juli 2021   13:21 Diperbarui: 19 Juli 2021   13:47 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"NGAYAH, GOTONG ROYONG BUKAN LELAH SING MEBAYAH"

(oleh : Gusti Ayu Saras Pagar Dewi)

Gotong royong merupakan kata yang sangat familiar di telinga masyarakat Indonesia bahkan sudah dijalankan sejak zaman nenek moyang. Gotong royong ini juga merupakan penerapan salah satu sila ketiga yaitu "Persatuan Indonesia" dalam Pancasila. Seluruh sila dalam Pancasila diambil dari kebudayaan Bangsa Indonesia sendiri. Kebudayaan yang mencerminkan hal tersebut adalah "Ngayah" yang berkembang di kehidupan sosial masyarakat Bali.

Ngayah berasal dari bahasa Bali dengan akar kata "ayah" yang berarti pelayanan. Kata ini menuju pada pelayanan pada orang lain yang memiliki upacara adat. Orang-orang yang melakukan ngayah ini bekerja dengan sukarela tanpa imbalan sehingga sering muncul perumpamaan "ngayah, lelah sing mebayah". Perumpamaan ini berarti melakukan pekerjaan ngayah yang melelahkan namun tidak dibayar. Tapi sebenarnya dibalik kesukarelaan dan kelelahan dalam melakukan ngayah, terdapat makna yang sangat dalam.

Bali, Diva Pariwisata Indonesia

Siapa yang tidak mengetahui Pulau Bali?. Nama Bali sendiri sudah tersohor hingga ke mancanegara bahkan lebih dikenal dibanding Negara Indonesia. Tiap tahunnya, banyak wisatawan mulai dari domestik maupun luar negeri yang berkunjung ke pulau cantik ini. Banyak julukan yang diberikan kepada Bali, mulai dari Pulau Dewata, Pulau Seribu Pura hingga The Island of God. Mengandalkan pariwisata sebagai sumber pendapatan utama, keindahan alam Bali tak perlu diragukan lagi. Yang paling terkenal tentu pantainya. Bali dan Pantai merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Banyak pantai indah yang bisa dikunjungi ketika berlibur di Bali. Mulai dari yang sudah terkenal seperti Pantai Kuta hingga pantai tersembunyi yang jarang sekali diketahui misalnya Pantai Bias Tugel di Padang Bai.

Tidak hanya mengandalkan alam, Bali juga terkenal akan kentalnya tradisi dan budaya masyarakatnya. Kehidupan adat di Bali berjalan berdampingan dengan sistem yang diterapkan Pemerintah Indonesia. Kecak, Ngaben, Nyepi, hingga Subak merupakan salah satunya yang sudah sangat sering kita dengar. Dari sekian banyak kebudayaan yang ada, "Ngayah" merupakan salah satu yang sangat menarik untuk dibahas. 

Ngayah ini sendiri dilakukan oleh masyarakat suatu banjar di Bali. Banjar merupakan sistem yang pelaksanaannya mirip seperti RT/RW. Satu fakta menarik adalah di Bali tidak ada kata RT/RW, yang ada yaitu Banjar. Ngayah sendiri biasa dilakukan menjelang terlaksananya upacara keagamaan. Biasanya sang pemilik upacara akan mengundang masyarakat ke acara yang diadakannya kemudian akan meminta bantuan agar acara yang ingin diadakan berjalan dengan lancar. Selanjutnya, masyarakat akan bekerja sama satu dengan yang lainnya di bawah koordinasi dari pemilik acara. Bahan yang biasanya digunakan dalam ngayah yaitu janur, bambu serta bunga. Semua hal tersebut akan dibuat menjadi sarana upacara oleh pemilik upacara dengan bantuan dari masyarakat.

Ngayah, Lelah Sing Mebayah

Ngayah berasal dari bahasa bali dengan akar kata ayah, ayahan yang berarti pelayanan. Sehingga secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu pelayanan atau pekerjaan yang dilakukan secara tulus ikhlas tanpa memperoleh imbalan. Ngayah dilakukan secara gotong royong oleh masyarakat dalam rangka mempersiapkan upacara tertentu. Ngayah tidak hanya dilakukan selama satu hari namun hingga berhari-hari sehingga kadang banyak kegiatan yang harus ditinggalkan. Di zaman modern ini, kehidupan berjalan dengan sangat cepat sehingga kadang banyak yang tidak bisa berpartisipasi dalam kegiatan ngayah.Melihat hal tersebut, ngayah pun dibuat lebih sederhana dengan adanya "ngayah dana" yaitu ngayah yang dilakukan dengan memberikan sejumlah uang. Hal ini tidak bermaksud apa-apa hanya untuk mempermudah umat yang memiliki kegiatan yang tidak bisa ditinggalkan. Banyak sekali celetukan yang mengatakan bahwa ngayah artinya lelah sing mebayah. 

Bila dalam bahasa Indonesia artinya pelaksanaan ngayah hanya memberikan rasa lelah tapi tak dibayar. Hal ini mungkin hanya candaan belaka namun tentu tidak benar. Semua orang pasti akan melakukan ngayah serta pasti pernah meminta bantuan agar ada yang ngayah. Sehingga akan timbul suatu keterkaitan tanpa adanya beban yang terasa. Ngayah dilaksanakan atas dasar ketulusan hati sehingga dalam pelaksanaannya jangan sampai merasa terbebani. Banyak makna tersirat dalam ngayah yaitu kekeluargaan atau yang biasa dikenal dengan menyama braya, persatuan hingga gotong royong. Sehingga ngayah merupakan sebuah tradisi yang sarat akan makna. Dengan adanya ngayah, maka masyarakat bisa bercengkrama, berkumpul dan mempererat tali silaturahmi.  Orang yang mempunyai acara, persiapannya akan cepat selesai serta yang dulu tidak pernah bertemu bisa menjadi akrab. Jadi, ngayah bukan lelah sing mebayah kan?.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun