NAH mau cerita pengalaman ni (uhuk baru pulang dr states)
Saya dan ketiga teman saya yang lain sama-sama berangkat ke Negeri Paman Sam ini untuk menghadiri Konferensi mengenai International Relation di Amerika. Otomatis saya membutuhkan Visa untuk berangkat ke Amerika, kemudian kami pun memutuskan untuk mengurus visa bersama.
tahap 1. kami mengisi visa secara online dalam pengisian ini harus benar jangan samapi salah karena apabila sudah di verifikasi tidak dapat diedit kembali. Nah dalam pengisian visa online ini saya sudah menemui keganjilan karena salah satu teman saya, namanya mengandung nama islami (muhammad) dan dia harus mengisi lebih banyak pertanyaan dibandingkan dengan saya yang namanya biasa-biasa saja.
tahap 2. setelah mengisi formulir online kami pun membayar dan mengatur jadwal wawancara. nah ketika wawancara ini kami ditanya-tanya mau kemana, mau ngapain, ada apa?, tinggal dimana?, dll.. singkat cerita saya dan 2 teman saya langsung accepted visanya sedangkan satu teman saya yang namanya ada Muhammadnya itu mendapatkan kertas kuning yang artinya peninjauan kembali.. Namun akhirnya dia mendapatkan visa single entry dan dengan special annotation dimana saya dan 2 teman saya mendapatkan visa multiple entry yang berlaku selama 5 tahun.
tahap 3. saya tebang kesana setelah sampai di JFK kami kembali ditanya-tanya akan kemana dan mau apa.
Saya hanya curious dengan kejadian ini meskipun saya Non-Islam tapi saya merasa bahwa States sangat insecure dengan WNI. Saya melihat hal ini karena di Indonesia banyak terjadi kejadian terorisme, tapi bukankah negara kita ini sebagai korban? banyak tersangka yang berlatih di negara tetangga (baca: malays*a) dan berkewarganegaraan sana. mengapa mereka tidak insecure dengan warga negara tersebut?
ini hanya sekilas opini agar USA dan Indonesia dapat memperbaiki hubungan birokrasinya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H