IPA atau IPS sering diributkan oleh siswa SMA pada saat mau naik kelas XI tidak hanya siswa, orang tua pun turut meributkan hal ini. sering timbul arogansi dari para orang tua agar anaknya masuk jurusan IPA yang notabene nya sering dikaitkan dengan anak rajin, masa depan cemerlang, dan lain-lain. banyak orang tua yang menganggap bahwa IPS itu kumpulan anak-anak berandal, tidak punya masa depan dan IPS merupakan kepanjangan dari Ikatan Pelajar Santai.
hal ini pernah saya alami juga dimana seluruh keluarga saya merupakan jebolan kelas IPA dan saya memilih untuk memasuki kelas IPS. sempat terjadi bersitegang antara saya dan orang tua saya mengenai pilihan saya ini. mereka selalu meributkan bahwa anak IPS merupakan anak yang terbuang dari kelas IPA. dalam artikel ini saya memohon kepada orang tua agar tidak memaksakan kehendak pada anak-anaknya. mereka harusnya memberi kuasa kepada anak mereka untuk memilih jurusan apa yang akan diambil tetapi harus bertanggung jawab. hal ini yang saya katakan ke orang tua saya pada saat itu "buat apa saya dikelas IPA tetapi saya menjadi orang yang dibawah, lebih baik saya di IPS dan memiliki prestasi yang baik" hal itu membuat orang tua saya sadar bahwa yang akan menjalani hidup saya adalah saya sendiri dan saya tahu apa yang terbaik untuk diri saya. dengan demikian karena hampir ujian kenaikan kelas. untuk para orang tua tanpa mengurangi rasa hormat sedikitpun saya ingin mengatakan. semua orang memiliki kelebihan masing-masing anak-anak yang masuk jurusan IPA mereka memang lebih tekun dan teliti dan anak-anak IPS mereka kuat dihafalan dan analisa permasalahan sehingga tiap orang memiliki kelebihan masing masing.pada saat ini peran orang tua adalah memberikan pandangan tanpa paksaan dan memberi penekanan bahwa jurusan apapun yang dipilih oleh sang anak mereka harus dapat mempertanggung jawabkan.
ada kata-kata mutiara dari Zig Ziglar " It's your attitude not your aptitude will determine your altitude" = "tingkah lakumu/kepribadianmu bukan kepintaranmu yang akan menentukan keberhasilanmu"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H