Stabilitas politik di Korea Selatan sedang mengalami guncangan besar. Hal ini disebabkan oleh keputusan mengejutkan dari Presiden Korea Selatan Yoon Seok-yeol yang mengumumkan darurat militer secara ilegal pada Selasa, 3 Desember 2024. Presiden Yoon mencoba melumpuhkan dan melarang aktivitas anggota parlemen atau pun partai politik dengan mengirimkan pasukan militer ke gedung parlemen. Dia juga mengatakan bahwa siapa saja yang melanggar akan ditangkap tanpa surat perintah.
Peristiwa darurat militer sudah pernah terjadi sebelumnya di Korea Selatan, tepatnya pada 17 Mei 1980. Kala itu, Jun Doo-hwan mengambil alih pemerintahan dan berhasil memberlakukan darurat militer, ia melarang semua aktivitas politik, menekan pemberontak, dan membungkam media melalui kekuatan militer. Jun Doo-hwan menjadi diktaktor yang berkuasa penuh dengan memenjarakan para pendukung gerakan demokrasi atau pemberontak. Banyak orang yang terlibat dalam gerakan ini mengalami penderitaan bahkan kehilangan nyawa mereka.
Korea Selatan kembali teringat akan sejarah peristiwa darurat militer 1980 akibat pengumuman darurat militer oleh Presiden Yoon Seok-yeol.
Kejadian ini membuat saya teringat pada seorang sastrawan, yaitu penulis bernama Han Kang. Karya Han Kang memiliki ciri khas yang unik, yaitu bagaimana eksplorasinya terhadap eksistensi dan kerapuhan manusia, serta trauma historis. Dalam sejarah dunia, karya sastra akan cenderung lebih berkembang di dalam masa sulit.
Human Acts merupakan sebuah novel karya Han Kang yang ditulis untuk mengkritik politik kekerasan oleh pemerintah yang menggerakkan kekuatan militer pada tahun 1980-an. Novel ini menceritakan kepedihan dan penderitaan yang dialami masyarakat di bawah pemerintahan Jun Doo-hwan—yang membatasi upaya demokrasi kala itu. Han Kang terpilih sebagai pemenang Penghargaan Nobel kategori Sastra pada 10 Oktober 2024 atas karyanya tersebut. Ia merupakan pemenang Penghargaan Nobel kedua dan pemenang Penghargaan Nobel Sastra pertama di Korea Selatan.
Penghargaan ini membuat karya Han Kang laris manis di Korea Selatan dan banyak orang mulai tertarik untuk membaca berbagai karyanya—yang mengangkat tentang penderitaan dan kepedihan masyarakat akibat kediktatoran militer tahun 1980-an. Orang-orang yang telah membaca karyanya segera turun ke jalan ketika mendengar adanya pengumuman darurat militer oleh Presiden Yoon Seok-yeol pada 3 Desember 2024.
Warga yang tinggal di dekat gedung parlemen segera berkumpul di depan gedung untuk menghalangi pasukan militer yang datang menggunakan kendaraan lapis baja. Warga membantu anggota parlemen untuk masuk dan mencabut darurat militer yang diumumkan oleh Presiden Yoon Seok-yeol. Akhirnya, anggota parlemen berhasil mencabut darurat militer dengan bantuan warga. Kejadian ini menandakan bahwa karya sastra berhasil mencegah tindakan militer ilegal.
Sabtu, 7 Desember 2024, Han Kang menerima penghargaan untuk novel Human Acts di tengah upaya pemerintah kembali memberlakukan darurat militer. Situasi dalam Human Acts seolah menjadi realita. Han Kang berbicara dalam sebuah wawancara penerimaan Penghargaan Nobel Sastra—ketika Korea Selatan berada di tengah situasi politik yang bergejolak. "Saya ingin berbagi makna penghargaan ini dengan Anda semua yang berdiri di sini, di sisi lain kekerasan," ucapnya.
Politisi dan media Korea Selatan menjawab sendiri pertanyaan dari Han Kang, "Bisakah masa lalu membantu masa kini?" dan "Dapatkan orang mati menyelamatkan orang yang hidup?" dengan mengutipnya berulang kali: "Masa lalu tahun 1980 membantu masa kini tahun 2024 di Korea Selatan" serta "Mereka yang tewas di bawah rezim militer pada tahun 1980 telah menyelamtkan banyak nyawa pada tahun 2024".