Dalam banyak  berita , banyak orang yang mau menyogok/menyuap demi menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Menjadi PNS merupakan dambaan bagi seluruh kaum pencari kerja ,bahkan yang tua sekalipun. PNS di ibaratkan kerja santai , gaji sudah standar. Tanpa perlu susah payah ,kerja yang normal normal saja,  tidak mungkin di pecat, di pecat kalau ada kasus besar (kriminal atau sebangsanya).  Jadi kalau bekerja standar standar saja di jamin seorang PNS selamat sampai pensiun. Belum lagi "Dana  pensiun", seolah melengkapi kebahagian PNS.
Prestasi Kerja?
Umum di ketahui ,di kalangan PNS sendiri istilah PGPS (Pintar atau Goblok Penghasilan Sama) memang membudaya.
Penulis pernah menemukan, Seorang PNS berangakat dari kota Sukabumi sedangkan kerjanya di salah satu Departemen di Jakarta,berangkat subuh ,sampai Bogor pagi,dilanjutkan kereta Jabotabek dari Bogor ke Jakarta, sampai kantor jam 8 pagi ,dilanjutkan ngopi ngopi, baca koran, tengok pekerjaan sebentar tau tau sudah jam 12 siang waktu istirahat, jam 13 mulai kerja sampai 15 ,sore jam 16.30 sudah bertemu lagi di stasiun bogor,begitu terus setiap hari. Kalau di hitung hitung jam kerja, paling banyak hanya 4-6 jam kerja .
Banyak cerita soal PNS ini, tanya pada para guru honorer,begitu jomplang pendapatannya. Yang PNS bergaji bisa mencapai 7 juta perbulan , yang non PNS harus berpuas di 750 ooo saja. Anggaran pendidikan yang sudah 20 % dari APBN ternyata hanya di nikmati oleh kaum yang bernama PNS ini. Ada teman penulis , dulu hidupnya sederhana saja sebagai guru (zaman presiden Soeharto) tapi sekarang seleranya tidak kalah dengan Eksekutif perusahaan swasta saja. Iri? bisa saja begitu, masalahnya mereka di gaji dengan dengan uang negara,uang rakyat.
Uang rakyat = Uang milik PNS
Jangan di debat dulu! Â , coba baca,
http://www.koran-sindo.com/node/352352
sampai 70 % hanya untuk membayar pengeluaran PNS, di banyak daerah pula. Tidak cukup sampai di situ, dari sisa anggaran pun (30%), berupa program pemerintah yang rawan kebocoran. Rakyat harus terima kenyataan memang tidak ada anggaran buat kesejahteraan mereka.
Kalau membaca itu, sungguh miris hati ini, sementara kaum buruh berunjuk rasa menuntut kenaikan upah yang layak , seakan kue pembangunan tidak pernah mampir ke kaum buruh. Buruh dari tahun ke tahun tetap saja berdemo untuk kelangsungan hidupnya.