Mohon tunggu...
Wahyu Saputra
Wahyu Saputra Mohon Tunggu... -

Dalam Jiwa yang Sehat terdapat tubuh yang Kuat.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jangan Kaget Jika Ahok Gak Bisa Ikut Pilgub

8 Agustus 2016   21:32 Diperbarui: 8 Agustus 2016   21:44 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilgub Jakarta semakin panas, Koalisi pengusung Ahok trio Partai (Nasdem,Hanura dan Golkar)  semakin percaya diri . Ketiga partai ini seakan sudah pada posisi yang pengusung calon petahana dengan komposisi prosentase sekitar 22% lebih kursi di DPRD DKI, menjadikan syarat sang petahana untuk maju lagi menjadi sangat cukup.

Ditengah hiruk pikuk ini, ternyata Basuki Cahaya Purnama (Ahok) tetap saja berharap bisa bersanding dengan PDIP. PDIP dengan prosentase kursi yang lebih dari 20 % merupakan partai yg berbobot untuk sang petahana sebagai kendaraan untuk menjadi DKI 1. Sayangnya meski dalam beberapa kesempatan , Ahok menyatakan hubungannya dengan sang ketua umum PDIP baik dan bagus ,tapi tak bisa di pungkiri ada pertaruhan ego yang kuat. Dalam beberapa kesempatan bahkan petinggi PDIP mengatakan Ahok tidak lebih besar dari PDIP itu sendiri. Keinginan Ahok bersanding dengan PDIP dengan cara menduetkannya dengan Djarot yg petinggi PDIP juga ,belum di respon sang ketua umum PDIP secara memadai. Beriring jalan nya waktu hubungan PDIP dengan Ahok sendiri serasa semakin jauh, apalagi trio partai pendukung Ahok sudah memenuhi syarat pencalonan. Ahok merasa di atas angina, disisi lain,  walaupun di PDIP banyak yg suka dengan Ahok, suara sang ketua umum PDIP lah , yang bisa di jadikan arahan dalam PDIP bersikap.

Megawati Sukarno Putri ,Politisi yang susah di tebak. Sang ketua umum yang pendiam , dan cukup makan asam garam dari berbagai rezim sehingga PDIP tetap eksis dan besar juga di segani. Nampak nya ada kekecewaan Megawati pada Ahok, Megawati menginginkan Ahok mengikuti jalur partainya tapi tidak di amini oleh Ahok dengan alasan lebih berat ke Relawan Teman Ahok ,yang akan mengusung Ahok secara independent dengan mengumpulkan sejuta KTP warga DKI. Sejuta KTP ini pula yang menguatkan posisi tawar Ahok,sehingga 3 partai balik haluan mendukung Ahok (Nasdem, Hanura dan Golkar). Akhirnya sang ketua umum menunjukan kemarahannya dengan melontarkan istilah Deparpolisasi. Megawati mensinyalir ada gerakan untuk mengkerdilkan parpol dengan gerakan memajukan calon independent ,karena parpol tak layak di percaya. Megawati selanjutnya berusaha memberi contoh Tri risma H. yang sukses memimpin Surabaya merupakan kader PDIP.

Bagi partai lain yang tidak mendukung Ahok , pernyataan sang ketua umum PDIP sangat diamini, bahkan siap berkoalisi untuk melawan ahok. Sebagai masukan dengan memboyong sang walikota Surabaya untuk diadu di ibukota Jakarta. Tri risma sendiri dari berbagai kesempatan menyatakan masih berat meninggalka Surabaya kecuali takdir mengatakan lain. Sikap risma sendiri tentu saja sangat positif bagi Ahok, karena dari berbagai kajian Risma bakal jadi lawan yg tangguh untuk Ahok kalahkan.

Politik adalah seni berkompromi, dari berbagai sudut pandang kajian Ahok dianggap sangat aman, dengan 3 partai pengusungnya (Nasdem Hanura dan Golkar).  Ahok di pastikan dapat tiket untuk kembali ke pemilihan DKI 1. Tiga partai itu seolah memberi cek kosong pada ahok ,bahkan untuk menentukan wakil gubernur sekalipun.  Ahok semakin berkibar,  tapi amankah Ahok  dari segala manuver politik ?   jawabannya sama sekali tidak. Ahok sebelum didaftarkan ke KPU sebagai peserta pemilu, masihlah rawan dengan berbagai manuver politik.

PDIP dengan sangat mudah menjatuhkan Ahok dengan cara mengajak Koalisi 3 partai pendukung Ahok untuk mendukung siapapun calon PDIP. PDIP cukup mengajak 1 partai saja pendukung Ahok dengan berbagi jabatan wakil gubernur. Misalkan PDIP mengajak Hanura , dengan formasi cagub dari PDIP dan cawagub dari Hanura. Secara otomatis koalisi pengusung Ahok runtuh. Bagi partai pengusung Ahok , bila ini di tawarkan bisa saja, baik Hanura ,Golkar dan Nasdem berbalik arah meninggalkan Ahok. Dengan kata lain Ahok hanya cukup 1 periode saja. Kalau ini terjadi Teman Ahok 2x gigit jari.

Bagi PDIP, Ahok tidaklah lebih besar dari PDIP seperti yg sering di ungkapkan para petinggi PDIP. Bagi PDIP kewibawaan partai dapat terjaga walaupun peperangan besarnya (Pilgub) tetap berlangsung dengan melawan calon dari gerindra misalnya.

Akankah itu terjadi? Waallahualam.

Sukabumi,8 Agustus 2016

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun