Dari ketiga kasus diatas dapat diambil kesimpulan,
# Kasus pertama menujukan begitu pentingnya " rasa dizalami" (dalam rangka mengundang simpati) untuk menutupi kebobrokannya. (Pencitraan belaka/buatan/pembelaan)
#. Kasus kedua menujukan karena tekanan tertentu, kita "di paksa" percaya pejuang kita di Timtim sebagai penjahat perang, karena tekanan Internasional. (Pencitraan yang di paksakan dengan kebenaran )
#. Kasus ketiga, akibat tekanan yang negatif, diapresiasi publik dengan simpati yang besar. (pencitraan Natural/ alami)
Menyadari 3 contoh pencintraan tersebut , maka banyak orang dengan sadar membangun / membuat pencitraan itu seolah olah alami/ natural. Dalam konteks politik kekinian (Pilpres) Tim sukses Capres mencoba merebut opini yang "seolah " calonnya di Zalami oleh pihak lawan.
Prabowo merasa dizalimi karena kasus HAM dan versus  Jokowi merasa dizalimi sebagai  boneka Megawati.
Siapa yang mendapat simpati rakyat memang pemilu yang menentukan, semoga rakyat semakin pintar , dari cara cara pencitraan semu yang dibangun Timsukses ini.
Terakhir bagi penulis seperti kata pepatah Jangan membeli kucing dalam karung......alias teliti sebelum membeli
Bekasi 22mei 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H