PKS, Kembalilah Ke Jalan Yang Benar . . .
.
[caption id="attachment_331821" align="aligncenter" width="448" caption=".images:pks-padangpariaman.blogspot.com"][/caption]
Sebelum muncul sebagai partai politik pada 1999, PKS adalah gerakan dakwah yang terorganisir, punya asset kantor, kendaraan dan biaya operasional.
.
Jumlah kantornya tidak kurang dari 5 kantor, dan 20 mobil serta sejumlah sepeda motor, atas nama perseorangan.Semua asset gerakan dakwah sebelum 1999 berasal dari infak dan wakaf banyak pihak yang terlibat, mendukung dan simpati dengan dakwah. Selain infak rutin dari kader, dana PKS didapat dari infak bulanan yang besarnya berbeda-beda disesuaikan dengan penghasilan tiap anggota.
Namun ketika KPK menggeledah kantor KPK berkaitan dengan kasus hukum LHI, KPK terperangah mendapati asset mobil-mobil dinas PKS senilai 21 Miliar. PKS juga memiliki kantor milik sendiri di beberapa provinsi dan kabupaten/kota. Untuk operasional, ada tunjangan financial bagi sejumlah pengurus yang full-time, baik di DPP, DPW dan DPD. Jumlah biaya operasionalnya pasti besar. Dari penyidikan KPK, didapat indikasi kuat bahwa LHI memanfaatkan kementerian sebagai alat untuk mencari uang.
Inilah alasan mengapa parpol sangat bernafsu supaya ada kadernya yang duduk di kementerian. Kementerian adalah lumbung duit. Caranya gampang, tinggal bikin surat ijin kerjasama bisnis atau proyek yang ada di bawah kementerian tersebut, ditambah dengan kemudahan birokrasi ala kongkalingkong, duit pun mengalir.
Dalam susunan Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) 2, politisi PKS duduk dalam kementerian. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sudah ditinggalkan Tifatul Sembiring dan Kementerian Pertanian (Deptan) Anton Apriyantono.
Dalam kabinet kerja dibawah Jokowi, PKS tidak dapat jatah kementerian. Sumber dana hilang ?
Maka inilah saatnya bagi PKS untuk intropeksi dan kembali ke jalan yang benar.
.
.
PKS, berdirilah teguh, jangan goyah, giatlah selalu dalam berdakwah, dakwah, dakwah . . .
Sebab kamu tahu dalam Tuhan jerih payahmu tidak sia-sia
.
.
Jonatan Sara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H