Tiap Hari Ikut Kampanye, Tetap Saja O'on
.
[caption id="attachment_301531" align="aligncenter" width="448" caption="CONTOH SURAT SUARA. Images : Antaranews.com"][/caption]
.
Pemilu tinggal seminggu lagi. Kampanye dangdut dan bagi-bagi kaos lagi gencar-gencarnya dilakukan partai politik peserta pemilu. Mbak tukang cuci saya beberapa hari ini sering mengeluh capek, karena cari tambahan uang dapur dengan ikut kampanye. Pagi nyuci, siang kampanye. Lumayan lah, dapet 50rb, kaos, nasi bungkus. Semua kampanye ikut, yang penting ada duitnya. Tapi saya heran juga, tiap hari kampanye, tidak bikin dia jadi tambah pintar politik.
.
Saya (S), Mbak Tukang Cuci (MTC) :
S : Pemilu nyoblos apa mbak ?
MTC : Jokowi donk . . . .
S : Loh mbak, tgl 9 bukan nyoblos Presiden, tapi kita nyoblos caleg
MTC : Caleg ? Bukannya Jokowi ?
Rupanya dia nggak tahu kalau Pemilu Legislatif beda dengan Pemilihan Capres. Saya jelaskan kalau tgl 9 nanti kita mencoblos satu orang Caleg dari salah satu partai saja. Yang dipilih anggota DPR, DPRD, DPD. Jadi bukan Presiden.
Lembar surat suara juga bukan hanya satu. Si Mbak sampai terkaget-kaget karena baru tahu surat suaranya lebih dari selembar.
Kalau si mbak tukang cuci yang tinggal di kota aja tidak tahu teknis Pemilu dan siapa Calegnya, apalagi yang di desa dan kampung-kampung. Yang diingat hanya nyoblosnya aja, tapi tidak tahu siapa yang dicoblos, seperti apa kualitas caleg yang dicoblos, dsb. Menurut saya coblos tipe seperti ini tidak ada bedanya dengan Golput.
Tahun 2019 Pemerintah perlu merubah cara sosialisasi dan kampanye ala dangdut. Berikanlah edukasi yang mendidik soal Pemilu. Dangdut melulu, kapan mau pinternya.
S : Jadi, milih siapa mbak ?
MTC : Nggak tau ah, coblos aja dari depan, sekali coblos, semua kecoblos . . . !!
.
.
.
Jonatan Sara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H