Mohon tunggu...
Jonatan Sara
Jonatan Sara Mohon Tunggu... wiraswasta -

isteri saya cuma satu, nggak niat nambah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Adik Ipar Saya Pengguna Narkoba, Akhirnya Mati Karena Aids

16 Februari 2015   23:20 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:05 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1424077973835326877

Adik Ipar Saya Pengguna Narkoba, Akhirnya Mati Karena Aids

Presiden Jokowi menolak Grasi atas terpidana mati pengedar narkoba. Australia sebagai negara tetangga dekat Indonesia sudah melayangkan protes ke pemerintah atas hukuman mati yang sebentar lagi akan dilaksanakan atas warganya.

Saya secara pribadi mendukung penuh hukuman mati atas pengedar Narkoba. Narkoba itu jahat, Sangat jahat. Merusak generasi muda, membunuh, bahkan menghancurkan keluarga. Bagi yang belum pernah bersinggungan dengan narkoba, sebaiknya jangan coba-coba mencicipi narkoba.

[caption id="attachment_351423" align="aligncenter" width="448" caption="images: kompas.com"][/caption]

Ini pangalaman saya :

Adik ipar saya seorang anak muda yang sebenarnya memiliki masa depan yang cerah. Kuliah di salah satu Universitas Swasta terbaik di kota Jakarta. Akibat pergaulan di kampus, maka mulailah berkenalan dengan yang namanya narkoba. Dari mulai coba-coba, sampai akhirnya terikat, tidak bisa lepas dari narkoba. Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama adalah awal masuknya virus HIV ke dalam tubuhnya.

Akhir tahun 2003, adik ini deman. Dikira demam berdarah atau typus. Hasil cek darah, ternyata positif AIDS. Maka mulailah proses pengobatan di Rumah Sakit Infeksi Sulianti Saroso, Sunter, salah satu rumah sakit yang khusus menangani virus, termasuk HIV. Saya yang bawa ke rumah sakit tersebut.

Nebus obat setiap hari hampir 1 juta, belum termasuk biaya kamar, dokter, dan lab. Badannya mulai kurus. Lama-lama semakin kurus, kurus, dan kurus, tinggal tulang dibungkus kulit. Sangat menyiksa.

Karena terbaring terus di tempat tidur, mungkin karena punggungnya panas, jadi lecet, lecetnya jadi berair, lalu jadi luka borok, lama-lama jadi bolong. Bukan hanya di punggung, tapi juga di (maaf) pantat. Doanya cuma satu: minta supaya segera mati.

Tiap malam selalu terjaga. Sebentar-sebentar teriak-teriak, katanya sering mimpi lihat setan. Serem. Lihatnya bukan cuma mata merem sambil tidur, tapi juga saat mata melek. Kalau kita berdiri di samping tempat tidurnya, dia sering bilang, ada orang hitam tinggi besar di samping atau belakang kita.

Menderitanya bukan Cuma yang sakit. Kita yang sehat jadi ikut-ikutan susah. Emaknya stress berat. Badan dari 78 kg, turun sampe tinggal 38 kg. Pikirannya sampai terganggu, karena ngurusin anaknya kena sakit kayak begini.

AIDS, akibat dari penggunaan Narkoba dengan jarum suntik secara bersama-sama. Dari mulai didiagnosa dokter anak ini kena AIDS, hanya kuat 6 bulan, meninggal. Teman-teman kelompoknya pada gelisah semua. Ternyata benar, beberapa bulan kemudian, saya mendengar satu-demi satu teman-temannya pada kena AIDS, meninggal juga.

Lantas, dengan dampak Narkoba sedemikian mengerikan ini, apakah para pengedar pantas mendapat hukuman mati? SANGAT PANTAS. Narkoba terbukti sangat jahat, menghancurkan generasi muda.

SAYA MENDUKUNG EKSEKUSI MATI PARA PENGEDAR NARKOBA.

.

.

Jonatan Sara

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun