Sebelum dijual oleh mertua perempuan alias ibu mertua, Rumah megah dan "sombong" ini berdiri diatas tanah milik Alm. Mertua laki-laki atau bapak mertua sekaligus diatasnya berdiri bangunan rumah rumah sederhana. Rumah itu merupakan saksi bisu saat saya mengakhiri masa lajang alias melamar seorang gadis usai SK CPNS terbit di tahun 1998.
Kenapa setelah SK CPNS keluar tentu hal ini beralasan, apabila gagal test CPNS, “saya akan pulang kampung atau ke Kalimantan untuk mencari peruntungan lain di luar PNS,” itu yang pernah saya katakan kepadanya. Rupanya Alloh SWT berkata untuk menjadi Pegawai dan akhirnya saya pun melamarnya, hingga kini memiliki empat orang anak, alhamdulillah semuanya utuh sehat wal’afiat.
Jujur, masa sekolah di kampung dulu, sosok seorang gadis sempat mencuri hatiku yang juga merupakan teman satu kelas, setamat sekolah sosoknya lama tak pernah saya lihat, konon tersiar kabar gadis di kampung tempat kami sama-sama menimba ilmu telah dilamar seorang cowok, anak seorang kyai terpandang tidak jauh dari rumahnya biasa disebut nggo pek nggo (tetonggo di pek tetonggo) bahasa bekennya tetanggaku idolaku.
Untungnya anak gadis pemilik rumah yang akan saya lamar tadi berasal dari Jawa, jadi tdak dipusingkan dengan uang panai’ yang mencekik leher. Itu memang kisah usang yang telah berlalu, akan tetapi tetap saja wajib diingat kisahnya. Rumah mewah berlokasi Kompleks Perumahan Pegawai Kantor Gubernur beralamat di jalan Jendral Hertasning Blok. E.15 No. 20 Makassar sudah jatuh ke tangan orang lain, disebabkan bapak mertua usai pensiun dari Pegawai Negeri kantor Gubernur Sulawesi Selatan lebih memilih pulang kampung halaman di Kebumen.
Sungguh beruntung sekali pembeli pertama, selesai membeli tanah penuh kenanangan bagi keluarga istri saya, lalu di jual kembali dengan harga sangat fantastis. saya tidak kuasa menolaknya sebab itu urusan dapur mertua, buktinya sama-sama kita saksikan sombongnya rumah itu tegap berdiri menunjukkan kekuasaannya.
Benar, harta duniawi tidak dibawa hingga liang kubur, setidaknya sejarahnya sangat tidak relevan dengan anak cucunya yang pernah di sia-siakan masih mampu berdiri tegap menatap masa depan lebih baik. Bukankah urusan dunia melihat ke bawah, urusan akherat menghiba kepada Alloh SWT.
Penyesalan datangnya selalu belakangan, sedangkan kenangan hanya manis untuk di kenang, pahit untuk dirasakan. Luar biasa hebat perkembangan dunia property saat ini. Pepatah mengatakan investasi tanah semakin lama semakin mahal, investasi berupa barang bergerak kian lama makin turun harganya.
Relakan, ikhlaskan rumah mewah itu berdiri diatas tanah penuh kenangan buruk dan baik, semoga para penghuninya nyaman mendiami tanah strategis tanpa halangan. Amin
31 Maret 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H