Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kantor WhatsApp Tidak Seangker Kantor Pemerintah

15 Oktober 2016   16:30 Diperbarui: 17 Oktober 2016   06:43 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber:coolnetkid.wordpress.com)

Dari referensi yang saya peroleh what’s up sama dengan Hi atau Hello sapaan pendek yang tidak membutuhkan jawaban kalau kita berpapasan di jalan, di mobil, atau hanya bertemu sebentar. Dan biasanya orang yang bilang “Hey, what’s up” tidak membutuhkan respon berlebih. Rujukan lain what’s up berarti menanyakan kabar terbaru kita.

Untuk urusan komunikasi WhatsApp sangat populer penggunanya kisaran 450 juta lebih. Aplikasi ciptaan Brian Acton dan Jan Koum  kemudian mereka mendirikan perusahaan Star Up Teknologi bernama WhatsApp Inc yang berlokasi di Santa Clara California.

Keberadaan kantor WhatsApp tidak seperti kantor pada umumnya, bahkan tidak terdapat papan nama perusahaan, tidak ada petunjuk bahwa ada aktivitas bisnis didalamnya. Urusan penampilan, perusahaan aplikasi WhatsApp tidak terlalu memusingkan dengan aturan seperti perusahaan besar lainnya. Kedua boss Jan Koum dan Brian Acton hanya berpakaian t-shirt selayaknya orang yang baru bangun tidur, rileks, smart, tanpa presure atau intimidasi. Intinya aktivitas keseharian perusahaan WhatsApp tidak seangker di penjara, Perusahaan Swasta bahkan Kantor pemerintah.

kantor-whatsapp2-58040f00ac927348112e1f0a.jpg
kantor-whatsapp2-58040f00ac927348112e1f0a.jpg
 WA (sumber:http://www.apakabardunia.com/)

Brian hanya mengenakan sandal jepit dan Koum lebih memilih tidak beralas kaki alias “nyeker” didalam kantornya. Kantor itu lebih tepat dibilang sebagai tempat nongkrong atau kongkow ketimbang sebuah kantor aplikasi yang terbilang sukses dengan jumlah karyawan tak lebih dari ratusan atau ribuan yang bekerja di kantor WhatsApp, hanya mempunyai 30 orang karyawan tetap dan 5 orang pekerja paruh waktu.

Kebanyakan karyawan dikantor itu hanyalah customer service sementara tim pengembang berada di Rusia. Luas ruangannya hanya sekitar 100 meter persegi. Sang Boss tidak memiliki ruang sendiri, tempat kerjanya relatif sama dengan tempat karyawan lainnya diruangan 100 meter persegi.

Padahal WhatsApp menjadi salah satu Aplikasi paling banyak di unduh di Google Play Storedan Apple App Store. Boss ini tidak mau macam-macam, tidak sombong mengenai raupan pundi-pundi  yang diperoleh WhatsApp.

brian-acton-and-jan-koum-58040fe98823bd8e0a8b4567.jpg
brian-acton-and-jan-koum-58040fe98823bd8e0a8b4567.jpg
 (sumber: http://www.spacepower.tv/)

Tetap menjadi orang yang sederhana sebagai pebisnis atau sebagai individu. Jauh dari karakter egois, feodal, tidak otoriter, orthodok serta membimbing karyawan. Sebagaimana kita ketahui Koum seorang keturunan Yahudi. Karena gejolak politik dan gerakan anti Yahudi di Ukraina. Pada tahun 1990, mereka harus bermigrasi ke Mountain View, Amerika Serikat.

Saya kira gaya kepemimpinan Koum tidak memperlihatkan sebagai seorang Yahudi orthodok feodalisme, justru setelah membaca kisahnya lebih mendekati seorang religius, agamis, humble, wise guy, survive. Jangan dilihat siapa orangnya tapi apa yang dibicarakannya, Yahudi ataupun Muslim toh jika itu baik jangan dianggap sebagai perbedaan serius, perbedaan bukanlah sesuatu yang menguntungkan kedua-duanya, justru patut diadobsi oleh pemangku kebijakan di negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun