Mohon tunggu...
Adi Pujakesuma
Adi Pujakesuma Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

KEBENARAN HANYA MAMPU DILIHAT MELALUI MATA KEMATIAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Aku Benci Korupsi dan Narkoba Ala Pepesan “Kosong”

10 Oktober 2016   14:41 Diperbarui: 11 Oktober 2016   07:11 219
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (dokpri/ad)

Korupsi merupakan makanan sehari-hari kita rasakan, akan tetapi tidak pernah mengenyangkan. Korupsi juga merupakan sampah paling mengancam kesehatan masyarakat indonesia dan dunia, solidaritas korupsi tidak pernah luntur semakin gencar orang berjihad memberantas korupsi maka tumbuh subur berkembang biak. ibarat memberangus tikus yang merugikan jerih payah para petani.

Warung kopi, pasar bahkan kalangan asisten rumah tangga hingga penjual sayur muak membahas korupsi. kebosanan mereka sangat beralasan dan masuk akal. Keganasan tindak pidana korupsi terbilang extra ordinary crime selama masih mempunyai “kepentingan” mustahil untuk dibumi hanguskan.

Korupsi telah merasuk segala lini termasuk bidang pendidikan dalam pemerintahan birokrasi, swasta, hukum, politik dan berbagai bidang yang memungkinkan terjadinya tindak pidana korupsi. Korupsi saat ini seperti penyakit stroke telah menggerogoti seluruh tubuh manusia, sehingga, korupsi menjadi ancaman eksistensi dari negara Indonesia.

Otoriterisasi pemilik kekuasaan aktor utama penghabat terbesar sistem kolutif di negeri ini. Bayangkan saja pakaian anak2 sekolah telah dinodai embel-embel berbau pesan benci korupsi, benci narkoba faktanya hanyalah pepesan kosong bahkan tidak ada korelasinya dgn anak sekolah. Saya pribadi lebih setuju pesan tersebut tersemat di pakaian dinas ASN sebagai bukti nyata Reformasi Birokrasi tidak mati suri.

Sebuah ironi bertentangan terbesar mengkampanyekan BENCI KORUPSI, BENCI NARKOBA di negeri penyamun. Anak-anak sekolah hanya kelinci percobaan kutukan para pemegang kekuasaan dinasti dalam menjalankan pemerintahan otoriter, terstruktur, masif dan sistematis menguntungkan kaum tertentu yang mau diajak berkonspirasi melakukan sabotase menganulir kebijakan secara kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.

Seperti kontradiksi pemberitaan korupsi menimpa elite politik negeri ini dan penderitaan rakyat sebagai korban korupsi merasakan manisnya “getah” nangka. Kasus ini bermula dari tertangkapnya anggota DPR Damayanti Wisnu Putranti oleh KPK, Januari 2016. Anggota Fraksi PDIP ini tertangkap tangan menerima suap dari pengusaha Abdul Khoir. Andi sebelumnya diduga menerima suap sebesar Rp 7 miliar dari Direktur PT Windhu Tunggal Utama, Abdul Khoir. Pemberian itu berkaitan dengan anggaran pembangunan atau rekonstruksi jalan di Maluku dan Maluku Utara. Proyek tersebut berasal dari program aspirasi Andi Taufan Tiro, selaku Ketua Kelompok Fraksi PAN Komisi V DPR. Penahanan politikus asal Partai Amanat Nasional Andi Taufan Tiro, Selasa, 6 September 2016. Anggota Komisi V DPR RI ini ditahan karena terlibat kasus dugaan suap di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Andi ditetapkan KPK sebagai tersangka.

Sementara berita duka dunia pendidikan datangnya dari Sragen Jawa Tengah. Dimana didapati sekolah SDN 4 Dawung, Sambirejo, Sragen, terancam roboh. beberapa ruang kelas sudah dikosongkan selama dua tahun terakhir guna menghindari jatuhnya korban. SDN 4 Dawung merupakan salah satu sekolah inpres yang dibangun pada 1976.

Seperti dilansir pemberitaan Solopos.com, pada Rabu (5/10/2016), tiga ruang kelas itu rusak parah pada bagian plafon dan kuda-kuda penyangga atap. Sebagian plafon sudah jebol karena kayu kuda-kudanya patah. Tidak hanya pada bagian atap, kerusakan parah juga terlihat pada lantai.

Permukaan lantai yang masih berupa ubin tegel sudah tidak rata alias bergelombang. Sudah banyak ubin yang pecah di sana-sini. Kerusakan juga terlihat pada belandar, usuk, dan reng pada teras tiga ruang kelas itu. Belandar harus disokong dengan beberapa tiang bambu lantaran sudah keropos.

Siswa Kelas I dan II sempat berlajar di serambi masjid di seberang jalan. Pembelajaran di serambi masjid itu ternyata tidak efektif. Tugiyem, (52) menjelaskan, ”Jalan depan sekolah itu cukup ramai kendaraan bermotor. Karena pembelajaran di serambi masjid kurang efektif, kami akhirnya menggunakan ruang perpustakaan yang disekat menjadi tiga bagian. Ruang Kelas I dan II dipisahkan beberapa rak buku perpustakaan,”ungkapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun