Tersiar kabar duka melanda Indonesia, pasca meninggalnya Haringga Sirla akibat kebrutalan viking Bobotoh. Kini berita memiriskan datang dari Sulawesi Tengah.
Telah terjadi gempa dan tsunami melanda Kota Palu dan Donggala. Sebelumnya tsunami pernah meluluhlantakkan Aceh pada tahun 2004 yang lalu. Kemudian di tahun 2018 Gempa melanda Lombok.
Entah apa yang terjadi dengan negeri ini, yang jelas saat ini Indonesia memasuki tahun politik sekaligus tahun duka lara. Begitu mendengar berita tentang gempa, semua media ramai memberitakan gempa, seakan sejenak melupakan politik.
Akibat gempa ini banyak instansi terkait dan yayasan peduli kasih turun tangan membantu meringankan korban gempa di Palu dan Donggala. Tidak berhenti disitu saja, televisi pun mengundang para pakar, peneliti Geoteknologi untuk memberikan analisanya mengenai gempa yang menghantam Palu dan Donggala.
Gempa yang menimbulkan tsunami ini ramai menghiasi berita berbagai media baik cetak maupun online. Gempa dan tsunami di Palu, juga meramaikan ranah medsos, berbagai komentar dan do'a kepada saudara-saudara yang tertimpa gempa dan tsunami bahkan disertai video.Â
Ada yang menarik dari video tersebut, disertai ungkapan istigfar atas musibah ini. Dari analisis pakar gempa dan tsunami, dikatakan "penyebab tsunami adalah longsoran mengingat bentuk batimetri di Teluk Palu yang berbentuk lembah sempit dan curam. Bentuk ini bukti adanya Sesar Palu-Koro yang mengiris teluk itu.
Rangkaian gempa bumi mengguncang Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018). Puncaknya, gempa bermagnitudo 7,4 SR pada pukul 18.02 Wita. Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan bahwa gempa pertama bermagnitudo 5,9.
Menurut informasi BNPB, Sabtu 29 September 2018menyebutkan korban tewas akibat Gempa dan Tsunami di Palu 384 Orang
Sejumlah pasien mendapat perawatan di depan Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Undata, Palu, Sulawesi Tengah , Sabtu (29/9/2018). Perawatan di luar gedung rumah sakit tersebut untuk mengantisipasi kemungkinan adanya gempa susulan.
Selain ratusan korban meninggal, menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat 29 orang hilang dan 540 luka berat. Data tersebut merupakan pemutakhiran dari data yang sebelumnya dirilis BNPB pada pukul 10.00 WIB, yaitu 48 orang meninggal dunia dan 356 orang luka-luka.
Baik korban meninggal maupun luka berat disebabkan terdampak gempa dan tsunami. "Korban disebabkan gempa dan tsunami," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat BNPB Sutopo Purwo Nugroho di kantor BNPB, Utan Kayu, Jakarta Timur, Sabtu (29/9/2018).