Para penacari Lailatul Qadar selalu hadir di sepuluh hari terakhir Ramadhan. Ini merupakan impian semua umat Islam di seluruh dunia untuk mendapatkan Lailatul Qadar, khususnya para pencari Lailatul Qadr.
Di mana para pencari malam-malam ganjil ini beri'tikaf di masjid dengan melakukan serangkaian sholat lailatul qadr, sholat sunnah taubah, serta sholat sunnah lainnya, berzikir menengadahkan tangannya memohon mendapat pelukan mesra dari yang namanya Lailatul Qadar, untuk itu mereka memasrahkan diri dalam balutan wewangian serta keikhlasan hati untuk menemui yang pahalanya lebih baik dari pada 1000 bulan ini hingga menjelang fajar, sahur pun dilakukan di masjid.
Bukan berarti malam-malam sebelumnya tidak baik, hanya saja malam-malam ganjil di 10 hari terakhir Ramadhan memilki kelebihan sebagaimana sunnah junjungan kita nabi Muhammad SAW.
Semalam bertepatan dengan ramadan ke 26 malam 27 di situ digunakan untuk menjemput malam Lailatul Qadr dengan beri'tikaf di masjid, dimana potensi datangnya Lailatul Qodar semakin besar.
Zaman sekarang yang katanya era digital, banyak generasi muda melupakan Lailatul Qodar. Generasi milenial ini tidak bisa i'tikaf di masjid, dan terlena akan permainan canggih yang di unduhnya dari googleAPPstore ke dalam perangkat gawainya.
Games "menyesatkan"  itu bernama Mobile Legend, sebelum Moba (kependekan dari Mobile Legend) ada games dengan Clash Of Clans (C.O.C). Hanya anak muda, yang kecanduan games tersebut, mereka mampu bermain hingga mengurangi tidur malam.
Bukan hanya bermain saja, mereka pun sangat hafal karakter-karakter animasi permainan tersebut di luar kepala. Luar biasa, dahsyatnya dampak buruk dari permainan ini terhadap perkembangan otak generasi muda jaman now!
Selain dimainkan sendiri games ini juga dapat dimainkan bersama-sama secara online, istilahnya mabar (main bareng). Ini dampak buruk dari kemajuan teknologi dan mengakibatkan moralitas anak-anak muda merosot ke jurang kegelapan dan jangan heran apabila di tahun-tahun yang akan datang akan melahirkan generasi autisme, idiot dan pembangkang.
Kekuatan games ini menjadikan anak-anak muda malas bekerja, tidak fokus sama mata pelajaran dan pengaruh buruk lainnya.Â
Tolonglah Pemerintah pusat melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika bertindak tegas memblokir game ini, agar para generasi emas ini tidak menjadi generasi pintar tapi bodoh dan tolol.
Kepintarannya sebatas ilmu duniawi saja, tetapi dibodohi oleh permainan yang tidak menghasilkan apa-apa, ditambah mahalnya biaya masuk sekolah berbasis agama dibandingkan sekolah umum melengkapi derita Lailatul Qadar.