Mohon tunggu...
Sarah R
Sarah R Mohon Tunggu... Mahasiswa - Undergraduate Communication Science Student from Pembangunan Nasional Veteran Jakarta University

An undergraduate communication science student from Pembangunan Nasional Veteran Jakarta University. I am fully interested in Public Relations and Human Resources. High motivated, hardworking, loyal, and reliable.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Di Balik Kematian Seorang Anak: Ada Orangtua yang Berduka (Fenomena Bereaved Parent)

19 Juni 2023   18:20 Diperbarui: 19 Juni 2023   18:29 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jakarta - Ada sebutan bagi anak yang kehilangan orang tuanya. Namun, tahukah kamu? Bahwa tidak ada sebutan bagi orang tua yang kehilangan anak. Konon katanya, hal ini karena tidak ada sebutan yang akan bisa menggambarkan duka luar biasa itu.

Fenomena orang tua yang berduka atau bereaved parent merupakan suatu hal yang masih jarang menjadi pembicaraan di masyarakat. Padahal, fenomena ini bukanlah fenomena yang asing. Banyak orang di sekitar kita yang mengalami fenomena ini dan masih belum bisa bangkit. Bahkan, duka yang dialami ini bisa berlanjut kepada hal - hal negatif lainnya. Inilah penjelasan mengenai fenomena bereaved parent dari kacamata psikologi dan juga support group.

Sebagai mahasiswa psikologi Universitas Gadjah Mada, Ayesha (21) berpendapat bahwa di dunia psikologi, fenomena bereaved parent memang ada. Para bereaved parent ini mengalami duka yang begitu dalam dan mereka sendiri kerap tidak menyadarinya.

"Kematian seorang anak adalah salah satu peristiwa paling menyakitkan yang dapat dialami orang dewasa. Peristiwa ini bahkan bisa menyebabkan orang tua mengalami severe anxiety dan merasakan guiltiness atau kegagalan dalam menjaga anak." ungkap Ayesha.

Lebih lanjut, Ayesha juga mengemukakan di beberapa kasus, para orang tua bahkan mengalami depresi sampai mengarah kepada pemikiran untuk mengakhiri hidupnya. Ia juga menyayangkan fenomena bereaved parent yang belum banyak dibicarakan oleh masyarakat Indonesia.

"Fenomena ini seharusnya bisa menjadi awareness di kalangan masyarakat karena tidak jarang terjadi pada keluarga atau teman kita sendiri. Kita juga dapat membantu melalui percakapan sehari - hari atau melalui support group agar duka ini dapat dilewati dengan baik." tambah Ayesha.

Salah satu support group yang menyediakan wadah bagi bereaved parent pun ialah Enabled. Enabled merupakan support group berbasis online yang tidak hanya menjadi tempat bagi para bereaved parent, tetapi juga untuk orang tua dengan anak berkebutuhan khusus. Berikut pendapat dari salah satu co-founder Enabled, Via (21) mengenai fenomena bereaved parent.

"Kami memiliki salah satu program, yaitu Bereaved. Bereaved merupakan support group untuk para bereaved parent di mana mereka bisa bertukar cerita dan pikiran. Tidak hanya itu, kami juga sering mendatangkan speaker, yaitu psikolog yang dapat membantu mereka melewati semua ini." Ungakap Via. "Salah satu founder kami, yaitu kakak saya sendiri adalah seorang bereaved parent. Dari kisahnya, Ia terinspirasi untuk membuat Enabled agar bisa menjadi tempat bagi para bereaved parent lainnya. Seperti tagline kami, yaitu to help each other to live life to the fullest."

Enabled pun telah membantu banyak bereaved parent di Indonesia melalui support group, webinar, dan juga konseling. Via sendiri melihat adanya urgensi untuk menumbuhkan awareness akan fenomena ini dan untuk membantu para bereaved parent melewati masa duka dengan cara yang baik.

"Setiap orang memiliki fase duka dan cara mengatasi duka yang berbeda - beda. Kami tidak ingin para bereaved parent ini harus merasa sendiri dalam melewati fase ini." tambah Via.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun