Mohon tunggu...
Sarah Wahyu Meylani
Sarah Wahyu Meylani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Saya Sarah Wahyu Meylani mahasiswa program studi Ilmu Komunikasi yang sekarang sedang menempuh semester 5. Saya sekarang ini sedang tertarik di bidang kepenulisan. Saya juga memiliki hobi membaca novel dan mendengarkan musik.

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Suara di Balik Kegelapan: Kisah Pengamen Buta di Malioboro

15 Desember 2024   11:42 Diperbarui: 15 Desember 2024   11:42 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malioboro, jalan ikonik Yogyakarta yang selalu ramai dengan hiruk pikuk wisatawan dan warga lokal, menyimpan banyak kisah kehidupan. Salah satunya adalah kisah seorang pengamen buta yang hidup dalam keterbatasan, tetapi bisa menghidupi dirinya dengan cara yang penuh dedikasi. Kisahnya mengingatkan kita bahwa di balik keramaian, ada suara-suara yang tak tampak oleh mata, namun dapat menyentuh hati siapa saja yang mau mendengarkan.

Di antara riuhnya keramaian, wisatawan yang berjalan cepat, dan motor yang terus melaju, tampak seorang pria dengan speaker kecil tergantung di lehernya dan tangan kurusnya yang terus memegang mikrofon. Matanya tertutup, namun suaranya memecah keheningan dengan melodi yang mendalam. Beliau adalah salah satu pengamen yang tidak hanya mengandalkan suaranya, tetapi juga hati yang tulus. Meski ia hidup tanpa penglihatan, ia bisa melihat dunia melalui nada-nada yang ia mainkan. Pria yang berusia sekitar 40-an ini, memperlihatkan pada kita bahwa dunia gelap tak membuatnya kehilangan arah.

Dengan speaker kecil yang setia menemani, beliau mengamen di berbagai sudut Malioboro, berharap mendapat sedikit uang untuk makan dan bertahan hidup. Namun, lebih dari itu, ia berharap bisa memberi warna bagi setiap orang yang mendengarkan. Mungkin bagi beliau Malioboro adalah tempat yang memberikan kesempatan. Meskipun beliau tahu bahwa hidup di jalanan bukanlah pilihan yang mudah, beliau tetap bertahan dengan harapan agar suatu saat, ada lebih banyak orang yang peduli dengan mereka yang kurang beruntung.

Kehadiran pengamen-pengamen seperti beliau ini seharusnya membuka mata kita terhadap realita sosial yang sering terabaikan. Di tengah gemerlapnya dunia pariwisata dan kehidupan kota, kita sering lupa akan mereka yang berjuang untuk hidup dengan cara yang sederhana, namun penuh akan makna. Mereka juga merupakan bagian dari masyarakat yang membutuhkan perhatian juga.

Melalui kisah ini, mari kita lebih peduli dan menghargai mereka. Memberi sedikit apa yang kita punya, tidak harus dalam bentuk uang, tetapi juga dengan memberi perhatian dan dukungan bisa memberikan mereka semangat baru. Sebuah senyuman, atau sekadar memberi waktu sejenak untuk mendengarkan musik mereka, bisa menjadi dukungan yang sangat berarti. Sederhana, namun penuh makna. Begitulah cara seorang pengamen buta berjuang untuk hidup di tengah dunia yang penuh dengan keterbatasan. Dan dunia pun berputar, memberi ruang bagi mereka yang berani melangkah meski dalam kegelapan.

Melalui tulisan ini, mari lebih menyadari serta menghargai para pengamen dan pekerja jalanan lainnya. Keberadaan mereka, meski sering kali diabaikan, adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika kota yang kita tinggali. Berikan perhatian dan dukungan Anda, karena setiap langkah kecil kita bisa membawa perubahan besar bagi mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun