Aku terlahir dari keluarga suku Batak.
Papa-ku berorangtuakan pasangan Batak murni. Artinya Kakek & Nenek Buyut-ku juga orang Batak 100%. Dikisahkan , Kakek & Nenek moyang-ku adalah orang Batak murni.
Dari pihak Mama, Kakek & Nenek-ku juga orang Batak murni. Kakek & Nenek moyang-ku dari Mama juga dikisahkan oleh keluarga adalah keturunan Batak ASLII!!
Dari silsilah keluarga diatas, dapat diyakinkan aku MURNI orang BATAK ASLIII!!! tho…? J
Suku Batak menganut paham patrilialisme. Artinya mengikuti garis keturunan Ayah. Karena Papa-ku memiliki nama keluarga alias marga Simanjuntak. Maka aku dan saudara-saudara sekandung-ku pun menggunakan nama akhir kami dengan Simanjuntak.
Ada legenda mengenai Simanjuntak. Legenda itu membuat Simanjuntak kerap dipanggil Horbo Jolo (kerbau depan) atau Horbo Pudi (kerbau belakang). Hal itu lah yang sering ditanyakan ketika berkenalan. Ingin mengetahui dari klan simanjuntak kerbau mana aku berasal.
“Par horbo dia do hamu inang?”. Begitu pertanyaan yang sering disampaikan untuk mencari tahu kelompok kerbauku.
“Dang horbo ahu da bah amang (bukan kerbau saya pak..)”, jawabku sambil tersenyum, menyentil pikiran kolot mereka.
Aku bersyukur memiliki orangtua yang berpikiran sangat luas. Papa – Mama ku selalu mengajarkan untuk menjawab pertanyaan tentang bagian kerbau itu dengan Simanjuntak Tengah. Jadi NETRAL. Tak perlu ada perdebatan.
Menurut orangtuaku, kisah itu terjadi ketika nenek moyang marga Simanjuntak belum mengenal Tuhan. Masih ATHEIS. Mereka mengistilahkan Tuhan dengan Ompu Mula Jadi Na Bolon. Yang artinya kurang lebih adalah Kakek Pencipta Yang Maha Besar. Mereka menyebut Ompung (Kakek) karena saat itu mereka belum mengenal agama dan menganggap Ompung sebagai orang yang harus sangat dihargai.
Mengenai legenda marga Simanjuntak, sejarahnya cukup panjang. Alkisah, Raja Marsundung Simanjuntak adalah nenek moyang turunan marga Simanjuntak. Istri pertamanya, Boru Hasibuan, meninggal dunia dengan meninggalkan seorang putra, Parsuratan dan seorang putri, Si Boru Simareme.