Mohon tunggu...
Sarah Simanjuntak
Sarah Simanjuntak Mohon Tunggu... -

a mother and a wife.. who is eager to develop herselves to be better.. and share to the world the good things she knew

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kerbau Depan dan Kerbau Belakang

5 Januari 2012   09:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:18 10647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Aku terlahir dari keluarga suku Batak.

Papa-ku berorangtuakan pasangan Batak murni. Artinya Kakek & Nenek Buyut-ku juga orang Batak 100%. Dikisahkan , Kakek & Nenek moyang-ku adalah orang Batak murni.

Dari pihak Mama, Kakek & Nenek-ku juga orang Batak murni. Kakek & Nenek moyang-ku dari Mama juga dikisahkan oleh keluarga adalah keturunan Batak ASLII!!

Dari silsilah keluarga diatas, dapat diyakinkan aku MURNI orang BATAK ASLIII!!! tho…? J

Suku Batak menganut paham patrilialisme. Artinya mengikuti garis keturunan Ayah. Karena Papa-ku memiliki nama keluarga alias marga Simanjuntak. Maka aku dan saudara-saudara sekandung-ku pun menggunakan nama akhir kami dengan Simanjuntak.

Ada legenda mengenai  Simanjuntak. Legenda itu membuat Simanjuntak kerap dipanggil Horbo Jolo (kerbau depan) atau Horbo Pudi (kerbau belakang). Hal itu lah yang sering ditanyakan ketika berkenalan. Ingin mengetahui dari klan simanjuntak kerbau mana aku berasal.

“Par horbo dia do hamu inang?”. Begitu pertanyaan yang sering disampaikan untuk mencari tahu kelompok kerbauku.

“Dang horbo ahu da bah amang (bukan kerbau saya pak..)”, jawabku  sambil tersenyum, menyentil  pikiran kolot mereka.

Aku bersyukur memiliki orangtua yang berpikiran sangat luas. Papa – Mama ku selalu mengajarkan untuk  menjawab pertanyaan tentang bagian kerbau itu dengan Simanjuntak Tengah. Jadi NETRAL. Tak perlu ada perdebatan.

Menurut orangtuaku, kisah itu terjadi ketika nenek moyang marga Simanjuntak belum mengenal Tuhan. Masih ATHEIS. Mereka mengistilahkan Tuhan dengan Ompu Mula Jadi Na Bolon. Yang artinya kurang lebih adalah Kakek Pencipta Yang Maha Besar. Mereka menyebut Ompung (Kakek) karena saat itu mereka belum mengenal agama dan menganggap Ompung sebagai orang yang harus sangat dihargai.

Mengenai legenda marga Simanjuntak, sejarahnya cukup panjang. Alkisah, Raja Marsundung Simanjuntak adalah nenek moyang turunan marga Simanjuntak. Istri pertamanya, Boru Hasibuan, meninggal dunia dengan meninggalkan seorang putra, Parsuratan dan seorang putri, Si Boru Simareme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun