Mohon tunggu...
Sarah Rezivvon Tinayo
Sarah Rezivvon Tinayo Mohon Tunggu... lainnya -

mahasiswi jurusan Psikologi. suka baca, nulis, denger lagu, dan nonton film. pecinta warna kuning dan anak-anak.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Memilih dan Pilihan, Itulah Hidup

12 Maret 2012   16:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:09 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari Minggu malam, seperti biasa, saya menghabiskan waktu di depan komputer. Asyik mencari gambar-gambar lucu di Google dan juga membuka Facebook. Aktivitas di jejaring sosial itu pun berjalan seperti biasa. Update status, upload beberapa foto, dan membuka beberapa Facebook milik teman dan sahabat saya. Judul tulisan ini sebenarnya terkait dengan update status Facebook salah seorang teman saya, Tika. Ia menulis demikian : "hidup dimulai dengan pemilihan kata". Membaca kalimat tersebut, saya jadi tertarik untuk memberi komentar. Saya pun menulis di kotak komentar demikian , "karena hidup selalu punya pilihan"."Dan membuat pilihan itu hidup" demikian Tika membalas lagi komentar saya. Tak lama berselang, ada teman saya, Tesar yang juga ikut memberi komentar. Ia mengatakan bahwa butuh beberapa kali membaca baru ia paham maksud dari update status Facebook milik Tika. Dan, pembahasan "memilih, pilihan" terus berlanjut ketika seorang teman saya (dan Tika) yaitu William, ikut memberi komentar. Beda dari saya dan Tesar, William justru memberikan komentar berupa pertanyaan. "Bagaimana dengan tidak memilih?" Hemmm.. sepertinya makin asyik untuk dikomentari, pikir saya. Tika dan William asyik saling membalas komentar. Akhirnya, saya pun membalas lagi komentar mereka. Saya menuliskan "memilih untuk tidak memilih adalah suatu keputusan. dan keputusan merupakan hasil dari pilihan. jadi, sebenarnya tidak ada manusia yang tidak memilih." Pembicaraan itu pun usai. Kami (saya, Tika, Tesar, dan William) sudah cukup membicarakan hal yang "serius" mengenai memilih, pilihan, dan hidup. Sebagai penutup, Tesar memberikan komentar, "Whatever that is, ini pembicaraan abstrak yang menarik. hehehe". Saya membaca sambil tertawa kecil. Dan, benar kata Tesar, perbincangan ini abstrak namun menarik. Pikiran saya kembali terusik saat merenung sebelum tidur. Ya, mengenai memilih dan pilihan. Saya berpendapat, hidup itu penuh pilihan. Memilih untuk tidak memilih pun suatu pilihan. Ah, terdengar rumit ya? Hanya 2 kata namun rumitnya cukup nyata, menurut saya. Saya rasa, sampai saat ini, sampai detik saya menulis tulisan ini, hidup memang selalu punya pilihan. Buktinya, saya memilih untuk membuat tulisan ini diwaktu senggang. Bisa saja saya habiskan dengan mendengarkan musik atau berkutat di dapur dengan bahan-bahan yang ada di kulkas dan saya coba sulap jadi makanan istimewa. Selalu ada pilihan, kan? Saya pun mengalami nya, termasuk Anda semua pasti sudah membuat banyak keputusan dari pilihan yang ada. Pilihan yang sudah saya buat pun cukup banyak. Saya memilih untuk kuliah, padahal bisa saja saya bekerja selepas SMA. Lalu, saya memilih jurusan Psikologi, padahal di Universitas tempat saya menimba ilmu, ada lebih dari 10 jurusan yang menjadi pilihan. Kenapa Psikologi? Ya, itulah keputusan. Keputusan yang saya ambil dari pilihan yang ada. Inilah dinamika kehidupan, menurut saya. Ada masa nya kita dihadapkan pada pilihan yang sulit dan "terpaksa" memilih. Namun, ada kalanya, memilih untuk tidak memilih alias netral. Tidak ada yang salah dengan pilihan. Dan, tidak ada pilihan yang tidak memiliki risiko. Jadi, sudahkah Anda tepat dalam memilih pilihan yang ada?

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun