Vaksin Merah Putih merupakan kandidat vaksinasi COVID-19 yang ditemukan oleh Universitas Airlangga. Pengembangan Vaksin Merah Putih ini dimulai dengan Riset and Development atau disebut juga R&D, lalu dilanjutkan dengan klinis, hingga sampai di tahap produksi.Â
Akan tetapi, kabar keberhasilan uji praklinik dari vaksin merah putih ini sendiri kurang akan respon masyarakat Indonesia yang cenderung lebih berfokus dengan vaksin buatan luar negeri seperti Sinovac, Moderna, Pfizer, Sinopharm dll.Â
Hal ini bukan hal yang tabu lagi bagi orang yang sudah pernah memproduksi barang dalam negeri mengingat masyarakat Indonesia akan lebih memilih buatan luar negeri dibandingkan dalam negeri karena kualitas produk dari luar negeri lebih terjamin dibandingkan produk dari dalam negeri meskipun sebenarnya produk dalam negeri sendiri tak kalah bagusnya dengan produk buatan luar negeri.Â
Bukan hanya itu, seringnya media Indonesia yang lebih menyorot vaksin dari luar negeri serta lebih banyak tersedianya vaksin buatan luar negeri ini membuat masyarakat Indonesia cenderung lebih berfokus dengan perkembangan vaksin buatan luar dibandingkan dalam negeri. Hal ini juga ditambah dengan lambatnya perkembangan dari vaksin merah putih dibandingkan dengan vaksin buatan luar negeri itu sendiri. Untungnya setiap uji klinik bisa dipercepat menuju tahap berikutnya apabila setiap fase telah mencapai progress 50% dengan hasil yang bagus.Â
Vaksin Merah Putih ini menggunakan virus yang diisolasi lalu dikembangkan dengan protein S dan N yang berasal dari PCR Analisa gen ekspresi protein. Kemudian protein akan memasuki proses cloning yang dilakukan secara bertahap. Tujuan dari proses tersebut adalah untuk memasukannya kedalam system ekskresi yang disebut sebagai sel mamalia atau sel ragi.
Menurut Ikatan Dokter Indonesia (IDI) setidaknya sepuluh dokter meninggal akibat COVID-19 meskipun telah mendapat dua dosis lengkap Vaksin Sinovac. Meski terjadi kegagalan vaksin bukan berarti vaksin ini berbahaya ataupun memiliki dampak yang buruk terhadap tubuh, hal ini bisa terjadi dikarenakan antibodi yang dihasilkan oleh vaksin ini cenderung lebih sedikit dibandingkan vaksin-vaksin lainnya.Â
Lalu apakah kita lebih baik harus segera vaksin agar lebih terlindungi? "Lebih baik daripada tidak." Demikian penilaian salah seorang pakar penyakit menular terhadap vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech.
Menurut data yang sudah saya baca , terdapat perbedaan yang sangat jelas antara kelompok yang disuntik protein S telah menghasilkan antibodi yang presentasenya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak mendapat protein S. Maka dari itu saya sebagai mahasiswa sangat mendukung adanya Vaksin Merah Putih ini karena jika semuanya sudah dibungkus secara sempurna, Vaksin Merah Putih ini bisa menjadi gagasan yang sangat baik dalam upaya melawan wabah virus corona saat ini.
Dalam melakukan gagasan ini, tentu sangat dibutuhkan peran pemerintah.Pemerintah seharusnya dapat mendukung dan bersedia berperan aktif dalam program Vaksin Merah Putih ini agar proses pembuatan dan penyempurnaan Vaksin Merah Putih ini dapat cepat terselesaikan. Vaksin Merah Putih ini juga termasuk dalam karya anak bangsa yang seharusnya mendapat dukungan penuh dari pemerintah.Â
Dengan dukungan pemerintah maka kedepannya akan dapat mendorong para anak bangsa lainya agar dapat menciptakan sebuah karya yang berguna dan bermanfaat bagi bangsa.Â
Tetapi, sebelum itu kita harus merubah pola pikir masyarakat kita dalam memilih produk mana yang harus mereka gunakan atau pilih, jangan sampai karena produk dari luar negeri muncul lebih awal dan tersedia lebih awal malah melupakan produk buatan dalam negeri sama seperti vaksin yang digagas dan dikembangkan oleh anak bangsa ini.