Oleh: Sarah Nadzira
Saat ini, kurikulum yang digunakan dalam pendidikan di Indonesia adalah kurikulum merdeka. Dimana kurikulum merdeka merupakan kurikulum dengan pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Konten akan lebih dioptimalkan agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep dan menguatkan kompetensi.
Pendidikan agama Islam (PAI) menjadi salah satu mata pelajaran (Mapel) di semua jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Dilansir dari website Aku Pintar, rerata jam pelajaran untuk mapel PAI dalam satu minggu adalah 2 jam. Hal tersebut tentu dapat menjadi tantangan bagi guru PAI untuk menyelesaikan pembelajaran dalam waktu yang singkat.
Sebagaimana telah kita ketahui, materi PAI merupakan materi yang paten. Materi PAI bersumber dari Al-Quran dan Hadis yang tidak mungkin dapat berubah. Oleh karena itu, seorang guru PAI sangat dianjurkan untuk dapat mengatasi materi PAI agar tidak absolence (usang). Guru PAI tidak boleh hanya mengandalkan modul ajar saja.
Salah satu metode yang dapat digunakan oleh guru PAI agar materi yang disampaikan tidak usang dan lebih menarik minat peserta didik, adalah dengan cara mengkorelasikan antara materi PAI dengan realita yang terjadi di masyarakat saat ini. Adapun pendekatan yang dapat digunakan dalam memyampaikan materi PAI yakni Teo-Antropho-Eco Centris, yang berarti pendekatan yang berpusat pada agama/syariat; manusia; dan alam.
Teo Centris (berpusat pada agama/ syariat), maksudnya adalah guru dapat menyampaikan tentang kalam Allah seperti firman-Nya dalam Al-Quran sesuai dengan materi yang sedang dipelajari (baik tentang perintah, larangan, dan sebagainya). Selain itu, guru juga dapat menambahkan dengan menganalisis tajwid dan arti perkata dalam ayat aau hadis yang disampaikan.
Sedangkan Antropho Centris adalah pendekatan yang berpusat pada manusia. Maksudnya yaitu, dalam menyampaikan materi PAI guru harus mampu menganalisis bahwa sesuatu yang terjadi di dunia ini sangat erat kaitannya dengan manusia atau tidak semerta kehendak Allah swt. Misalnya tentang bencana banjir yang disebabkan karena sampah menghalangi jalannya air. Dalam hal ini, bencana tersebut bukan hanya terjadi karena kehendak Allah, melainkan juga karena kelalaian manusia dalam menjaga lingkungannya.
Adapun Eco Centris, merupakan pendekatan yang berpusat pada alam. Dalam penyampaian materi PAI, guru juga dapat mengaitkannya dengan alam. Contohnya tentang pupuk kimia yang digunakam secara terus-menerus dapat merusak kesuburan tanah. Meskipun pupuk kimia lebih midah didapatkan, akan tetapi pupuk tersebut dapat berdampak buruk bagi kondisi tanah.
Teo-Antropho-Eco Centris dapat menjadi sebuah formula bagi guru PAI agar materi yang disampaikan lebih segar dan memiliki nilai kebaruan yang dapat memberi pemahaman mendalam kepada peserta didik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H