Mohon tunggu...
sarahnadya
sarahnadya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Pentingnya Peran Komunikasi Efektif yang Diterapkan Apoteker

30 Desember 2024   17:28 Diperbarui: 30 Desember 2024   17:28 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dalam dunia kesehatan, peran apoteker sering kali tidak terlihat sebesar peran dokter atau perawat. Namun, ternyata apoteker memiliki pengaruh besar terhadap kesuksesan terapi pasien, terutama dalam memastikan pasien paham dan patuh dalam mengonsumsi obat. Kunci dari keberhasilan ini terletak pada komunikasi yang efektif yang dilakukan apoteker kepada pasien.
Komunikasi yang efektif adalah pondasi utama dalam membangun hubungan baik antara apoteker dan pasien. Ketika pasien memahami cara kerja obat, dosis, dan efek samping yang mungkin terjadi, mereka cenderung lebih percaya dan merasa nyaman menjalani terapi yang diresepkan.


Tanpa komunikasi yang baik yang diterapkan apoteker, pasien bisa saja salah mengartikan informasi yang diberi karena merasa ragu untuk bertanya. Akibatnya, mereka berisiko tidak mengonsumsi obat dengan benar sesuai aturan, seperti melewatkan dosis, mengonsumsi obat secara berlebihan, atau bahkan menghentikan obat tanpa berkonsultasi. Padahal, semua ini dapat berdampak buruk pada efektivitas pengobatan.


Untuk melakukan komunikasi efektif dengan pasien, apoteker sering menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah perbedaan latar belakang pendidikan, di mana apoteker harus mampu menjelaskan istilah medis dengan cara yang sederhana dan mudah dipahami, terutama bagi pasien yang tidak memiliki pengetahuan medis. Selain itu, waktu yang terbatas juga menjadi tantangan, karena dalam situasi tertentu, apoteker dituntut memberikan informasi dengan cepat, namun tetap jelas dan mudah dimengerti oleh pasien. Tantangan lainnya adalah kondisi emosional pasien, di mana apoteker harus bisa membaca situasi emosional pasien yang mungkin merasa cemas atau takut terhadap penyakit yang dialaminya. Oleh karena itu, apoteker perlu menyampaikan informasi dengan bahasa yang menenangkan agar pasien tidak panik dan merasa lebih nyaman.


Meskipun adanya beberapa tantangan yang dihadapi apoteker dalam melakukan komunikasi efektif, apoteker juga dapat menerapkan beberapa strategi dalam meningkatkan komunikasi efektif dengan pasien. Pertama, gunakan bahasa yang sederhana dan hindari istilah medis yang rumit. Misalnya, lebih baik mengatakan "antibiotik harus diminum sampai habis agar infeksi tidak kembali" daripada hanya menyebutkan "ikuti aturan terapi." Kedua, menghargai pasien dengan mendengarkan keluhan mereka, menghormati pendapat dan privasi, serta memberikan kesempatan untuk bertanya tanpa menghakimi. Ketiga, terapkan teknik teach-back, yaitu meminta pasien mengulangi informasi dengan kata-kata mereka sendiri untuk memastikan pemahaman yang benar. Keempat, bersikap ramah dan menunjukkan empati akan membuat pasien lebih nyaman dan terbuka. Contoh kalimat seperti, "Saya mengerti ini mungkin sulit bagi Anda," dapat membantu pasien merasa dihargai. Terakhir, berikan materi pendukung seperti leaflet, panduan tertulis, atau video edukasi agar pasien memiliki referensi tambahan yang dapat dipelajari di rumah. Dengan strategi ini, komunikasi antara apoteker dan pasien dapat berjalan lebih efektif dan mendukung keberhasilan pengobatan.


Ketika komunikasi antara apoteker dan pasien berlangsung efektif, berbagai dampak positif dapat dirasakan. Salah satunya adalah meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat sesuai anjuran, karena mereka memahami pentingnya mengikuti aturan terapi. Selain itu, komunikasi yang baik membantu mengurangi risiko efek samping obat, karena pasien mengetahui cara pemakaian yang benar. Dengan kepatuhan dan pemahaman yang baik, hasil terapi akan lebih optimal sehingga pasien dapat pulih lebih cepat. Komunikasi efektif juga berperan dalam mengurangi angka rawat inap yang disebabkan oleh komplikasi atau penggunaan obat yang tidak tepat. Dengan demikian, komunikasi yang efektif antara apoteker dan pasien berkontribusi signifikan terhadap keberhasilan pengobatan dan peningkatan kualitas hidup pasien.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun