Berdasarkan data Bappeda Provinsi Jawa Timur, stunting di Surabaya mengalami penurunan yang signifikan sejak 2015. Hasil laporan timbangan serentak oleh Dinas Kesehatan Kota tahun 2021, prevalensi stunting di Kota Surabaya tergolong rendah, yaitu 28,9%, dan semakin turun pada tahun 2022 menjadi sekitar 4,8%. Namun demikian, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 mengejutkan, karena prevalensi stunting pada balita di Kota Surabaya sebesar 28,9%. Angka ini lebih tinggi dari prevalensi stunting di Jawa Timur sebesar 23,5% dan prevalensi stunting di Indonesia (24,4%). Hal ini mendorong pemerintah kota Surabaya untuk bergerak lebih komprehensif untuk mengatasi masalah stunting yang merupakan salah satu prioritas nasional dalam pembangunan sumber daya manusia. Salah satu cara pemerintah kota Surabaya ini adalah dengan berkolaborasi dengan perguruan tinggi untuk membantu pencegahan dan penurunan stunting khususnya di kota Surabaya.Â
Ditinjau berdasarkan Sustainable Development Goals (SDGs) yaitu suatu rencana aksi global yang disepakati oleh para pemimpin dunia, termasuk Indonesia, guna mengakhiri kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan, tujuan BBK Kampung Emas yaitu untuk pemberdayaan masyarakat menuju kelurahan mandiri dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di tingkat kelurahan selaras dengan beberapa tujuan SDGs terutama dalam bidang kesehatan selaras dengan tujuan SDGs ketiga untuk menjamin kehidupan yang sehat dan kesejahteraan untuk semua usia.
Belajar Bersama Komunitas (BBK) merupakan salah satu program dalam pendidikan tinggi di Universitas Airlangga, dimana BBK Unair merupakan salah satu bentuk pengintegrasian kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. BBK Unair adalah suatu bentuk pendidikan dengan memberikan pengalaman belajar kepada mahasiswa (S1 dan DIV) di tengah kehidupan masyarakat serta secara nyata turut membantu memecahkan masalah masyarakat berdasarkan kompetensi keilmuan masing-masing. Salah satu bentuk BBK adalah BBK Tematik yang secara umum berorientasi pada program kegiatan terfokus bidang tertentu sesuai dengan permasalahan kemasyarakatan dan arah kebijakan pembangunan yang diselenggarakan pemerintah wilayah tertentu setingkat Desa (dan bisa berbasis Puskesmas Desa tersebut) atau Kabupaten/Kota. Setelah berhasil dengan KKN Tematik Kampung Emas tahun 2022 yang bertema "Penguatan Lima Pilar dalam Percepatan Penurunan Stunting", yang dilaksanakan di 144 kelurahan di Kota Surabaya, tahun ini Universitas Airlangga Bersama Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur melaksanakan kegiatan BBK Tematik Kampung Emas dengan tema Kampung Emas Madani: Intervensi Hulu dalam Percepatan Penurunan Stunting di Kota Surabaya.Â
Program Kampung Emas dilaksanakan untuk pemberdayaan masyarakat menuju kelurahan mandiri dalam upaya percepatan penurunan prevalensi stunting di tingkat kelurahan. Program ini merupakan kerjasama antara Program Studi Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM), Universitas Airlangga yang tergabung dalam Konsorsium Perguruan Tinggi Peduli Stunting Jawa Timur terdiri dari 20 Perguruan Tinggi di Jawa Timur, dengan Pemerintah Kota Surabaya. Kampung Emas dilaksanakan dengan melibatkan mahasiswa sebagai bentuk kegiatan Belajar Bersama Komunitas. Pelaksanaan Kampung Emas tahun ini berbeda dengan kegiatan tahun lalu yang melibatkan sekitar 432 mahasiswa di 144 kelurahan di Kota Surabaya, tahun ini kegiatan yang didukung oleh sumber pendanaan dari Dinas 7 Buku Panduan Kampung Emas 2023 Kesehatan Kota Surabaya melibatkan 459 mahasiswa yang akan diterjunkan di 153 kelurahan di Kota Surabaya. Pelaksanaan program yang dilakukan mengacu pada 3 kegiatan yang terdiri dari:Â
1. Laduni 1 yang berupa usaha peningkatan cakupan pemeriksaan Kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan, BBLR, neonatal stunting.Â
2. SBCC-BESTIEZ (Social Behaviour Change Communication: Bunda Teredukasi Sehat, Hebat, Peduli Gizi) berisi tentang kegiatan yang dapat mengubah perilaku ibu hamil dalam praktik makan, dan manajemen kesehatan mental ibu, penguatan peran PKK dan TPK sebagai edukator dan konselor kesehatan melalui pelatihan 'ToT' TPK dan kader kesehatan terkait gizi ibu hamil dan manajemen stres, dan melakukan edukasi gizi melalui media kreatif.Â
3. FORMULA PANGAN BERIMAN (Fomulasi Pangan lokal Seimbang, Beragam, berbasis hewani) yang berisi pengenalan produk hasil perikanan dan produk pangan hewani, mengembangkan formula makanan berbasis pangan hewani dan praktik pengolahannya, mendokumentasi formula makanan dan proses pengolahan dalam bentuk media (video), dengan tujuan mengembangkan formula makanan berbasis pangan hewani untuk meningkatkan asupan protein bagi ibu hamil, catin dan remaja putri untuk mendukung program DASHAT (Dapur Sehat). Â
Tujuan utama dari prrogram ini adalah untuk meningkatkan cakupan pemeriksaan kesehatan pranikah dan menurunkan prevalensi anemia, komplikasi kehamilan, BBLR, neonatal stunting. Lalu dalam program ini kami harap dapat membantu ibu memperbaiki perilaku ibu hamil dalam praktik makan, dan manajemen kesehatan mental ibu, penguatan peran PKK dan TPK sebagai edukator dan konselor kesehatan. Selain itu program ini juga mengembangkan formula makanan berbasis pangan hewani untuk meningkatan asupan protein bagi ibu hamil, catin dan remaja putri untuk mendukung program DASHAT (Dapur Sehat) yang berguna untuk memperbaiki asupan gizi ibu hamil dan catin.
Salah satu wilayah tempat berlangsungnya kegiatan BBK Tematik Kampung Emas Madani 2.0 adalah Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya, Jawa timur. Kelurahan ini danaungi oleh kelompok 60 yang memiliki 2 anggota, yaitu Sarah Mutiara Safa Presdyasmara dan Indah Dwi Utami dengan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), yakni Ibu Eny Qurniyawati, S.ST., M.Kes. Dalam program kerja BBK Kampung Emas ini, kami menggali berbagai permasalahan atau isu-isu yang terjadi di Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya. Stunting menjadi salah satu isu kesehatan yang perlu menjadi perhatian. Stunting adalah kondisi pertumbuhan tinggi badan anak mengalami gangguan dimana tinggi badan anak tidak sesuai dengan usianya. Stunting atau tubuh pendek merupakan indikator jangka panjang untuk seorang anak yang kekurangan gizi dimana kejadian tersebut merupakan akibat dari tumbuh kembang yang mengalami kegagalan dan kekurangan gizi kronis di masa lalunya. Balita dengan tubuh pendek dapat diketahui apabila sudah dapat diukur panjang atau tinggi badannya, kemudian dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005 dan didapatkan hasil nilai z-score<-2 SD, sedangkan dikatakan sangat pendek apabila hasil z-score<-3 SD (Tsaralatifah, 2020).Â
Dari data yang kami dapatkan di Kelurahan Sidotopo, Kecamatan Semampir, Kota Surabaya dengan sasaran adalah ibu hamil sebanyak 10 orang, calon pengantin sebanyak 7 orang, dan balita sebanyak 10 orang. Data ibu hamil yang memiliki resiko tingi dari Puskesmas Sidotopo ditemukan sebanyak 2 orang (20%) ibu hamil mengalami underweight dan Kekurangan Energi Kronis (KEK), sebanyak 2 orang (20%) yang mengalami overweight, sebanyak 1 orang (10%) ibu hamil yang memiliki status gizi normal, sebanyak 4 orang (40%) ibu hamil  yang mengalami obesitas tipe I dan sebanyak 1 orang (10%) ibu hamil  yang mengalami obesitas tipe II. Sedangkan, data calon pengantin (CATIN) ditemukan didapatkan sebanyak 2 orang (28,6%) calon pengantin mengalami Anemia dan Overweight, sebanyak 2 orang (28,6%) yang mengalami Overweight, sebanyak 1 orang (14,2%) calon pengantin yang mengalami Anemia dan Obesitas, dan sebanyak 2 orang (28,6%) calon pengantin yang mengalami Obesitas.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya