Mohon tunggu...
Sarah Manurung
Sarah Manurung Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Saya terlahir sebagai anak bungsu di dalam sebuah keluarga yang sederhana dan harmonis. Sejak kecil saya selalu di sayang oleh semua orang di keluarga saya. Sehingga itu membuat diri saya menjadi pribadi yang periang dan penyayang. Saya punya rambut hitam dan panjang, berkulit putih, tidak terlalu tinggi, dan unyu kata orang-orang.Saya memiliki hobi membaca buku. Saya memiliki ketertarikan di bidang kesehatan wajah atau kecantikan. Selain itu saya juga suka di dalam bidang seni.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ibu Cahaya kehidupan

19 Agustus 2023   19:59 Diperbarui: 19 Agustus 2023   20:23 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Terlahir dikeluarga yang sederhana dan lengkap adalah hal yang perlu disyukuri . Ada Ibu dan Ayah yang romantis membuat keluarga nya menjadi harmonis. Ibu memberikan kehangatan di setiap senyumannya sedangkan Ayah lah yang memberi nasehat paling bijaksana. Aku bersyukur bisa merasakan kasih sayang kedua orang tuaku.

Rasa senang dan sedih biasanya saling berdampingan. Tidak bisa di prediksi kapan waktu nya datang. Kehidupan berubah ketika berumur 18 tahun. Sang ibu pelita kehidupan ku berpulang ke Sang Pencipta. Semua kehidupan ku telah berubah sejak saat itu.

Ditengah keramaian jalanan di kota, suara-suara berisik dari pejalan laki yang berlalu lalang yang entah asalnya dari mana saja. Aku berjalan-jalan sendiri menikmati indahnya senyum mentari di sore hari. Aku melihat sebuah keluarga lengkap yang sedang berfoto-foto di dekat taman bunga sambil berpose dengan berbagai gaya , bak lukisan yang ditimpah beberapa larit cahaya surya. Aku menatap mereka lama, hingga rasa iri menusuk ke diafragma, mata ku mulai berderai air mata dan terasa sangat pilu. Aku menutup wajahku dengan masker dan memakai kacamata hitan untuk menutupi duka lara.

Tinggal di sebuah rumah yang usam dan sunyi di pinggir kota sudah tidak menjadi hal yang perlu ku permasalahkan. Yang kupikir kan sekarang adalah bagaimana aku dapat menyelami lautan kehidupan yang penuh dengan ikan-ikan piranha yang buas dan singa-singa lapar yang siap menerkam mangsanya ketika lengah. Selama ini aku selalu di kurung di sebuah kolam ikan dengan segala keindahan dan kenyamanan yang memanjakan kehidupan ku. Sehingga Aku tidak bisa mempunyai pengalaman ketika tiba-tiba dibuang ke dalam lautan ganas.

Aku pergi ke tepi danau di sore hari untuk menenangkan pikiran dan termenung di bawah pohon untuk menikmati pesona keindahan senja. Ketika senja mulai datang, Aku sangat kagum atas keindahan horizon cakrawala bagaimana karya seni yang dilukis dengan palet warna warni oleh seniman terkenal.

Tiba-tiba terlintas di dalam ingatanku suatu memori indah dan spesial ketika ibuku masih hidup. Aku selalu ingat kehangatan senyumannya dan yang tidak pernah pudar di telan zaman serta kelembutan saat dia bertutur kata. Dia selalu mengajakku bercerita tentang semua hal dan tidak pernah membiarkan ku memendam kesedihan ku sendiri. Setiap hari kulewati dengan riang dan gembira karna Dia selalu memberikan dukungan dan semangat untuk melewati aktivitas ku. Ibu selalu membuat rumah menjadi tempat paling nyaman dan selalu memberikan pelayanan terbaik bak pelayanan di hotel berbintang lima. Ibu juga tidak lupa mengajariku untuk melakukan pekerjaan rumah atau skil” lain nya. Kata Ibu, jika suatu saat dia tiada aku harus bisa berdiri di kaki ku sendiri dan bisa menjadi wanita mandiri.

Tanpa kusadari air mataku jatuh dan membentuk genangan kecil disekitar pipiku. Aku menangis di dekat danau itu . Aku merindukan ibu ku, aku ingin Dia kembali. Tanpa ibu hidup seperti kapal tanpa nahkoda , bagai langit tanpa bintang dan rumah tanpa atap. Aku memandang kembali horizon cakrawala dan melihat sunset yang hampir tenggelam tapi tidak dengan keindahan ibarat lampu neon warna warni yang menghiasi atap bumi.Kulihat dengan jelas wajah ibu ku di langit yang tersenyum ke arah ku dan tiba-tiba terdengar bisikan hangat mirip suara ibuku , dia berkata “ Nakk kamu tidak boleh bersedih Ibu akan selalu ada meskipun tidak di sampingmu dan ingat semua pesan” ibu”.Tiba-tiba suara itu menghilang dan wajah ibu ku mulai terlihat samar-samar dan kemudian hilang diselimuti awan-awan putih seperti kapuas pelukis langit..

Kejadian barusan seperti mimpi yang benar-benar nyata. Yang tadinya aku menangis, sekarang senyum ku kembali terbit dan terlukis lengkungan setengah bulatan di wajah ku. Aku bahagia mungkin Tuhan memberi izin Ibuku datang untuk menghilangkan dukaku. Aku tidak akan bersedih lagi, aku akan menjadi wanita kuat dan mandiri seperti kata Ibu ku. Aku beranjak dari tempat itu karna sudah mulai malam. Diperjalanan pulang Aku selalu mengingat kejadian tadi dan dari hari itu Aku mulai iklas dengan kepergian Ibu ku . Aku mendapatkan pelajaran, meskipun orang yang kita sayangi telah tiada, namun kasih sayangnya akan selalu ada. Ibarat matahari yang menyinari bumi dan tenggelam ketika menjelang malam tapi dia selalu ada meskipun ditutupi oleh rembulan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun