Mohon tunggu...
Sarah Keisya Azzahra Putri
Sarah Keisya Azzahra Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Hubungan Internasional

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebanggaan Tersendiri Bagi Indonesia yang Mendapat Kesempatan sebagai Tuan Rumah KTT G20

4 Oktober 2022   17:53 Diperbarui: 4 Oktober 2022   17:55 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Konferensi Tingkat Tinggi atau yang biasa disebut dengan singkatan KTT G20  ini belum lama menjadi perbincangan hangat di berbagai sudut negara, tak terkecuali juga masyarakat Indonesia. Tentunya dalam hal ini, Indonesia juga turut serta dalam KTT G20. Tak hanya ikut serta saja, Indonesia pada tahun 2022 ini juga mendapat kesempatan menjadi tuan rumah dimana dilaksanakannya forum yang dibentuk sejak tahun 1999 itu. Sangat menjadi kebanggaan tersendiri bagi kita semua, khususnya masyarakat Indonesia. Seperti yang kita tahu, Indonesia menjadi satu-satunya negara di Kawasan Asia Tenggara yang menjadi salah satu anggota KTT G20, setelah pada tahun 2008 dianggap telah memenuhi kriteria untuk bergabung. Berbagai dampak satu persatu mulai bermunculan, baik dampak positif maupun negatif. Hal tersebut patut untuk kita pelajari sebagaimana mestinya agar dapat mengambil sisi baik dan juga dapat mendapatkan cara terbaik untuk menanggulangi dampak negatif yang ada.

Pertemuan antar berbagai negara yang awal mulanya berasal dari sebuah forum multilateral ini dibentuk dengan bertujuan untuk pertemuan tingkat tinggi kepala negara maupun kepala pemerintahan juga merupakan bentuk jawaban dari terjadinya krisis moneter yang sebelumnya sehingga diharapkan dengan adanya pertemuan ini maka akan dapat terjalinnya kerja sama internasional yang baik di bidang ekonomi dan moneter dunia.  

Ekonomi global tidak henti-hentinya menjadi topik yang tak kunjung padam pada dunia internasional. Perlambatan ekonomi global yang terjadi saat ini melatarbelakangi munculnya tempat pertemuan antara negara maju dan negara berkembang. Berawal dari terbentuknya G7 atau G7 akibat krisis mata uang tahun 1997 yang menyebar di benua Asia khususnya Thailand, Indonesia dan Korea Selatan. Tidak bisa dipungkiri beberapa negara lain di Asia juga merasakan dampaknya, meski dengan level yang berbeda. Atas adanya kekhawatiran yang melanda itulah maka  beberapa menteri keuangan dari beberapa negara besar di dunia menjadikan forum G7 ini sebagai wadah respon tanggungjawabnya. Forum ini beranggotakan 7 negara berbeda dari berbagai belahan dunia, sehingga diharapkan dapat menghasilkan hasil diskusi yang maksimal. Transformasi ini telah menjadi tantangan utama dalam kesadaran akan dimensi global, dan cakupannya bahkan lebih besar. Kesadaran akan dimensi global ini juga memegang peranan penting bagi negara-negara berkembang. Gagasan ini telah memungkinkan negara-negara berkembang untuk berkumpul dalam forum-forum besar. Hal tersebut mendukung adanya perubahan dari forum G7 menjadi KTT G20 seperti yang kita kenal saat ini. Sama seperti Namanya, Pertemuan Tingkat Tinggi G20 ini beranggotakan sejumlah 20 negara berbeda. Negara yang dimaksud yaitu Amerika Serikat, Arab Saudi, Argentina, Australia, Afrika Selatan, Brasil, Inggris (Britania Raya), Tiongkok, Italia, Jepang, Jerman, Kanada, Korea Selatan, Meksiko, Turki, Prancis, Rusia, Uni Eropa, India, dan Indonesia.

Ironisnya, dorongan dari krisis ini telah menciptakan forum-forum penting seperti G20. Seperti KTT yang diadakan pada tahun 2008 karena krisis keuangan, G20 telah berjanji untuk mengadakan KTT setidaknya setiap enam bulan. Pada KTT triwulanan kedua yang diadakan di Seoul pada tahun 2010, para pemimpin sepakat untuk mengadakan KTT G20 tahunan. Hal ini berlanjut pada KTT 2019 di Osaka yang diselenggarakan oleh Jepang. Delapan isu dibahas pada KTT 2019, yang disebut KTT Osaka 2019. Kedelapan tema tersebut adalah ekonomi global, investasi dan perdagangan, inovasi, lingkungan dan energi, ketenagakerjaan, pemberdayaan perempuan, serta pembangunan dan kesehatan. Hingga 2022, Indonesia berpeluang menjadi tuan rumah KTT G20. Hal ini menjadi kebanggaan tersendiri, dengan implikasi positif bagi Indonesia sendiri. Tidak dapat disangkal bahwa Indonesia masuk dalam lima besar G20 dan perkembangannya dirasa cukup pesat. Data tersebut dicatat dalam laporan lembaga jasa keuangan. Berbagai dampak positif dari diadakannya KTT G20 telah dirasakan dari berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dalam hal investasi, peningkatan penanaman modal di Papua yang terus berkembang itu menjadi salah satu contoh dari pengaruh baik atas penyelenggaraan KTT G20.  Seperti yang kita ketahui investasi merupakan faktor terbesar keuntungan tersendiri bagi Indonesia. Terlebih lagi, setelah Indonesia menjadi tuan rumah KTT G20 dan pastinya juga banyak negara lain dapat melihat potensi besar untuk menanamkan investasi di berbagai wilayah yang ada di Indonesia. Petrus Asem selaku Kepala Bidang Data pada Dinas Penanaman Modal Asing dan Pelayanan Terpadu Stu Pintu Provinsi Papua mengatakan bahwa kenaikan nilai investasi Penanaman Modal Asing (PMA) yang terjadi disana telah mencapai 30 persen lebih unggul, khususnya pada sektor tambang.  Adanya keberadaan Sungai Mamberamo Raya juga turut menjadi potensi untuk meningkatkan investasi di Papua, yang secara jelas hal tersebut merupakan pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Sektor pariwisata Indonesia juga turut terpengaruh berkat adanya KTT G20. Hal tersebut sangatlah membantu kemajuan pariwisata di Indonesia setelah adanya keterpurukan yang dirasakan pasca pandemi Covid-19. KTT G20 menjadi suatu momen terbaik untuk mempromosikan beragam keindahan alam yang ada di Indonesia. Para perwakilan negara delegasi yang terlibat pada KTT G20 mempunyai rencana untuk berkeliling ke beberapa wilayah di Indonesia sebagai agenda liburan mereka. Diketahui juga pada pertemuan selanjutnya akan dilakukan ke berbagai kota di Indonesia yang artinya hal tersebut dapat berdampak pada pemerataan penyebaran wisatawan. Tak hanya berhenti sampai situ saja, berbagai macam transportasi, perhotelan, kuliner, hingga usaha mikro, kecil, dan menengah atau yang sering disebut UMKM juga turut terkena imbas positifnya.    

Indonesia juga akan memperluas bisnis dengan India melalui kerja sama ekonomi dan maritim serta membahas impor dan ekspor minyak sawit dengan Perdana Menteri India. Di sektor maritim, Jokowi juga berbicara tentang peningkatan pertukaran antara pengusaha dari Aceh dan Andaman Nicobar, membuka peluang bagi Indonesia untuk mengundang India untuk bekerja sama dalam mengembangkan infrastruktur konektivitas di Sabang. Selain kerjasama dengan India, Indonesia juga membahas kerjasama industri dan investasi dengan Korea Selatan. Indonesia dan Korea Selatan diketahui memiliki kerjasama bilateral dalam bentuk aset, yang selanjutnya dirundingkan dalam Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement (IKCEPA). Menyusul Korea Selatan, Indonesia juga membahas pengurangan defisit perdagangan dengan China. Hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kualitas perekonomiannya. Melalui pertemuan forum besar seperti G20, Indonesia berpeluang untuk menginisiasi banyak kerjasama dengan negara lain secara langsung melalui pertemuan para kepala negara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun