Surat kepada Tuhan
Ternyata berperan sebagai seorang mahasiswa sekaligus bekerja tidak semudah yang
dibayangkan
Banyak hal yang dilalui selama memerankan dua hal tersebut.
Rasa lelah, putus asa, menangis, dan pernah berpikir untuk menyerah terlintas begitu saja.
Tetapi aku sadar latar belakang ekonomiku tidak seperti mereka yang berasal dari orang yang
berada. Menahan keingannanku dan mendahulukan hal yang penting dulu dalam pembayaran.
Terbesit rasa iri terhadap mereka yang bisa membeli dan melakukan apa saja yang diinginkan.
Ketika mereka merencanakan untuk pergi , namun aku harus menahan untuk tidak ikut demi
bisa mengatur keuanganku yang sudah aku planning kan.
Tapi ,Tuhan maha baik
Dia memberikan aku posisi seperti ini untuk membuat ku sadar bahwa perjuangan orang tua ku
dalam membiaya pendidikan sangat lah tidak mudah.
Kini aku mengalami nya mencari uang untuk membiayai pendidikan ku sendiri tidak lah
gampang.
Didunia kerja ternyata berbeda dengan dunia pendidikan, banyak orang yang aku temui dengan
berbagai watak dan sifatnya.
Diusiaku ini mental dan fisik ku diuji , demi pendidakan dan karir yang seimbang .
Aku korbankan masa remaja ku untuk membantu orang tua dalam membiayai pendidikan ku.
Dukungan orang tua dan saudara ku sangat membantu dalam menjalani ini semua, mereka
selalu memberikan dukungan dan motivasi ketika aku sedang menyerah.
Tanpa mereka mungkin aku tidak akan bisa sampai dititik ini.
"Tak perlu khawatir akan bagaimana alur cerita pada jalan ini, perankan saja, Tuhan ialah sebaikbaiknya sturadara."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H