Mohon tunggu...
Sarah antonia
Sarah antonia Mohon Tunggu... Mahasiswa

Membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menemukan tantangan dan kebahagiaan: kisah guru SD di Indonesia Timur

31 Januari 2025   17:31 Diperbarui: 31 Januari 2025   17:31 59
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret sekolah SD G'mit Nefokoko (sumber: Gidel Alfian)

Menemukan Tantangan dan Kebahagiaan: Kisah Guru SD Di Indonesia Timur

Minggu, 19 Januari 2025 10.58-12.25 WITA

 Kisah "Pak Kusten" seorang guru di SD G'mit Nefokoko, Mollo Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur, beliau pertama kali membangun sekolah tersebut sejak tahun 2015 dengan dibantu oleh masyarakat sekitar . Sejak itu dia sangat di banggakan oleh masyarakat yang ada di sana karena memiliki niat dan keinginan yang besar kepada anak-anak disekitar untuk mendapat pembelajaran yang layak, tidak lagi belajar di kantor desa setempat.

 

Potret perjuangan guru ke sekolah (sumber: Gidel Alfian)
Potret perjuangan guru ke sekolah (sumber: Gidel Alfian)

 Pak Kusten dalam mengajar anak-anak pun juga menghadapi berbagai tantangan yang berat mulai dari fasilitas sarana prasarana yang belum layak dah kurangnya tenaga kependidikan. Bukan hanya itu saja, guru dan siswa pun juga mengalami tantangan karena akses perjalanan menuju ke sekolah tersebut juga sangat susah dikarenakan kondisi jalan yang rusak, licin, dan berbatuan sehingga mereka harus berjalan kaki tidak bisa menggunakan kendaraan umum atau pribadi hingga sampai tiba di sekolah tersebut.  Selain itu, jika musim hujan anak-anak pun juga harus menyeberangi sungai terlebih dahulu, hingga tiba di sekolah.

Potret proses perjuangan siswa ke sekolah (sumber: Gidel Alfian)
Potret proses perjuangan siswa ke sekolah (sumber: Gidel Alfian)

Tidak hanya itu, tantangan Pak Kusten dan guru-guru yang lain yaitu juga membantu anak untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar saat di sekolah, karena mereka masih sering menggunakan bahasa "Dawan atau U'ab Meto". Pak Kusten pun akhirnya membuat program ekstra tambahan setiap hari "Jumat" wajib menggunakan Bahasa Indonesia. Selama proses pembelajaran guru-guru pun bahasa pengantarnya tetap menggunakan Bahasa Indonesia meski diseling dengan bahasa "dawan". Keterbatasan fasilitas sarana dan prasarana yang dialami guru saat mengajar di kelas yakni masih belum adanya listrik namun masih bisa menggunakan alat bantu berupa genset. Guru-guru pun juga mengajar dengan metode pengajaran yang sederhana karena kurangnya buku refrensi serta media yang belum ada sehingga sering kali menggunakan benda-benda alam di sekitar.Namun, semua cobaan dan tantangan itu tidak membuat Pak Kusten menyerah dan putus asa untuk mengajar anak-anak, tetapi di balik semuanya ini ada kebanggaan yang  tak bisa di ungkapkan dengan perkataan.

Kebahagiaan menjadi Guru SD di Wilayah Timur Indonesia

Kebahagiaan yang didapat oleh Pak Kusten saat menjadi guru di SD G'mit Nefokoko diantaranya:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Jalan Braga Bandung, Ketika Bebas Kendaraan!

7 bulan yang lalu
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun