Mohon tunggu...
Sarah Anestarina
Sarah Anestarina Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru yang berusaha untuk terus belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Les Pelajaran, Kebutuhan atau ... ?

5 Juni 2012   22:32 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:21 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

"Apa sih kegiatanmu setelah pulang sekolah?"
"Sampai rumah, biasanya saya istirahat trus les"
"Kalau sekolah selesai jam 2 siang, lesnya jam berapa?"
"Kalau pulang jam 2, sampai rumah jam 2.30 trus jam 3 sudah pergi les"
Ini adalah sepenggal percakapan saya dengan murid, berawal dari sekedar pertanyaan basa-basi ketika kami hanya berdua di dalam ruang kelas, pertanyaan yang muncul seketika supaya suasana kelas tidak sunyi sepi. Tetapi dari jawaban yang muncul, membuat saya semakin tertarik untuk bertanya lebih dalam lagi.
"Les sampai jam berapa? Setiap hari apa saja?"
"Jam 3 itu baru perjalanan berangkat, les baru mulai jam 3.30. Les selesai jam 5 kadang juga sampai jam 6 kalau PR banyak. Lesnya tidak setiap hari, biasanya hari Senin, Selasa, Jumat. Tapi kalau banyak ulangan bisa les setiap hari"
"Lho kalau begitu, les itu untuk membantu mengerjakan PR?"
"Ya tidak Bu. Kadang saya minta dijelaskan ulang materi yang sudah diajarkan, kadang dijelaskan materi yang belum diajarkan. Walaupun seringnya mengerjakan PR."
"Bukannya PR bisa dikerjakan sendiri? Pasti guru sudah menjelaskan materinya. Kamu kan bisa membuka buku catatan, buku paket, atau tanya orang tua?"
"Lebih enak les Bu. Kalau buka buku, cari dulu, kelamaan, kadang juga bingung dihalaman berapa. Daripada lama mencari kan bisa langsung tanya. Nanti guru les memjelaskan, saya hanya menulis jawabannya saja. Orang tua saya sibuk, jarang ketemu. Kan, saya sudah punya guru les, buat apa bertanya ke orang tua, belum tentu mereka bisa."

Di kalangan siswa, khususnya bagi siswa dari golongan perekonomian menengah ke atas, les pelajaran bukanlah sesuatu yang asing. Hampir kebanyakan dari mereka mengikuti les pelajaran. Ada beberapa alasan mengapa mereka mengikuti les pelajaran. Alasan ini saya peroleh setelah bertanya kepada beberapa siswa yang mengikuti les pelajaran. Alasan tersebut antara lain :
Membantu siswa lebih memahami materi pelajaran
Membantu siswa mengerjakan pekerjaan rumah alias PR
Disuruh orang tua

Mari kita bahas satu persatu berkaitan dengan sistem pendidikan yang ada dalam masyarakat.
Dari alasan pertama, saya berpikir. Apakah kami para guru belum dapat menyampaikan materi dengan efektif. Mungkin saja begitu. Kami para guru harus belajar lebih kreatif lagi untuk menyampaikan materi sehingga membuat siswa tertarik dan terpacu untuk benar-benar semangat belajar. Jadi ketika dirumah, siswa bukannya mengulang pelajaran karena tidak mengerti tetapi terpacu untuk mencari informasi lainnya untuk memperkaya pengetahuannya. Yang pasti ini PR besar bagi kami para guru.Tetapi ada hal menarik yang pernah saya jumpai. Siswa berkata kepada guru ketika ditegur karena tidak memperhatikan saat dikelas, siswa itu berkata : "Ah, nanti aku bisa tanya guru lesku". Guru les dijadikan sandaran untuk belajar. Guru yang harus menjelaskan, siswa hanya menerima tanpa benar-benar belajar sehinha tidak heran alasan kedua juga terjadi : guru les membantu mengerjakan pekerjaan rumah atau PR.
"Ini bukan tulisanmu. Siapa yang mengerjakan PRmu?" "Guru lesku" Hal ini pernah saya jumpai. PR diadakan supaya siswa berlatih mandiri untuk meningkatkan pemahaman materi sudah beralih fungsi menjadi pekerjaan para guru les. Saya pernah menjadi guru les pelajaran. Saat itu saya berpikir bahwa saya akan membantu siswa memahami materi. Mungkin saya terlalu idealis sampai saya terbentur dengan siswa yang membutuhkan saya untuk mengerjakan PRnya. Ia menolak ketika saya menarik kertas berisi tulisan penjelasan PR dan memintanya untuk menulis ulang tanpa melihat catatan saya.
"Nilaimu sudah bagus tapi kenapa harus les pelajaran? Kan lebih baik les musik, lukis, bukannya kamu suka menggambar?" "Ga boleh sama mama. Kata mama, aku tetap harus les supaya nilaiku tetap bagus". Oops.... Sebetulnya apa esensi dari les pelajaran? Dalam kamus umum Bahasa Indonesia karangan W.J.S. Poerwadarmita, les berarti belajar pada. Jadi kalau seorang siswa mengikuti les apapun, ia sedang belajar pada seseorang.

Nah, apakah siswa menyadari bahwa ketika les, ia sedang belajar pada, bukan sekedar membuang waktu, materi yang seharusnya dipahami disekolah malah dialihkan saat les. Apakah siswa menyadari bahwa PR adalah bagian mereka bukan guru les. Apakah reorang guru les menyadari bahwa ia sedang mengajari seseorang, membuat seseorang dari yang tidak tahu menjadi tahu, bukannya disetir dengan keinginan siswa. Apakah orangtua memahami apa yang menjadi kebutuhan anak-anaknya. Apakah para guru sekolah menyadari bahwa mengajar tidak sekedar membagikan materi tetapi sampai mendaratkan materi dan menumbuhkan rasa ingin tahu siswa sampai siswa secara mandiri berusaha memperdalam materi.
Jadi sebetulnya les pelajaran apakah benar-benar kebutuhan atau sudah beralih fungsi?
Les pelajaran sesuatu yang baik asal semua pihak memahami peran masing-masing.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun