Mohon tunggu...
sarah nathalia
sarah nathalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa psikologi

halo! aku mahasiswa psikologi yang sedang menjalankan studinya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dangers of Verbal Abuse on An Adolescent's Confidence

8 Juni 2023   14:16 Diperbarui: 8 Juni 2023   14:22 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: freepik.com

Tentunya tak asing mendengar kata-kata tentang "identity" dan bagaimana kita dapat menemukan identity atau jati diri kita. Namun, apakah yang sebenarnya menjadi definisi dari identity? Erikson mengembangkan teori psikososial yang salah satunya dapat kita perhatikan. Menurut beliau, dalam rentang usia masa pubertas hingga dewasa awal, adanya fase "identity versus identity confusion". Remaja harus mengembangkan atau menemukan suatu jati diri, bagaimana kita dapat mengenal siapa kita sesungguhnya dan apa peran yang kita dapat dalam masyarakat.

Remaja membutuhkan kebebasan untuk mencari pengalaman dan memikirkan apa peran-peran yang ia pegang dalam masyarakat. Mengenai nilai-nilai yang berbeda, pengalaman dalam hubungan, dan membangun suatu batasan diri mereka. Pada masa ini, keutamaan yang ingin dicapai adalah kesetiaan. Penting untuk dikuasai untuk membantu navigasi tugas-tugas pada masa perkembangan dewasa muda. Ditambah lagi remaja pada masa ini lebih rentang untuk mengikut-ikut apa yang sedang dilakukan oleh sebayanya tanpa melihat dampak.

Jika remaja gagal untuk mengintegrasikan sebuah identitas diri atau gagal dalam memecahkan konflik yang berikatan dengan dua peran berbeda, maka remaja akan menghadapi kekeliruan akan jati diri. Individu bahkan dapat bereksperimen dengan gaya hidup yang menghasilkan identitas diri yang bersikap negatif. Tak hanya itu, remaja dapat cenderung membanding-bandingkan diri sehingga menghasilkan harga diri yang kurang baik bagi individu.

Identity confusion menjadi pengalaman yang menantang bagi remaja, sehingga butuhnya dukungan dari orang-orang terdekat, yakni orangtua. Namun, adanya kasus dimana orangtua menerapkan didikan dengan harapan bisa mendisiplinkan remaja mereka. Baik sadar atau tidak sadar, terkadang kata-kata yang dilontarkan kepada remaja mereka dapat menyakiti perasaan mereka dan berdampak pada perkembangan mereka. Menurut Teicher dalam Hapidin dan Karnadi (2017: 345), kekerasan verbal yang dilakukan orang tua merupakan salah satu hal yang mempengaruhi rendahnya kepercayaan diri pada anak (dikutip dari (Nova et al., n.d.)) Kekerasan verbal seperti menghina fisik, membanding-bandingkan, menggunakan kata kasar, atau bahkan membentak remaja dapat mempengaruhi remaja dan mengganggu perkembangan mereka secara tidak sehat. Tentunya mendengar kata-kata yang tidak pantas didengar itu datang dari mulut orang terdekatnya dapat menjadi sesuatu yang berpengaruh secara mendalam bagi individu. Hal ini juga dapat menyebabkan hubungan anak dengan orangtua menjadi lebih renggang.

Oleh karena itu, dapat diketahui adanya hubungan antara verbal abuse dari orangtua dengan identitas atau kepercayaan diri anak. Orangtua berperan penting dalam membantu remaja melewati tahap perkembangan ini. Maka mereka dapat membantu dengan mendorong anak remajanya untuk lebih mengeksplorasi minat, bakat, nilai, dan keyakinan diri masing-masing remaja. Tentunya dengan pemberian dukungan, seperti mendengarkan kekhawatiran anak dan membimbing. Orangtua juga harus berhati-hati dalam menekan anak remaja mereka, karena penekanan berlebihan justru akan menyebabkan pemberontakan dan membentuk identitas diri yang negatif.

Penting bagi orangtua untuk mengingat bahwa fase-fase dalam kehidupan anak mereka, remaja hanya membutuhkan dukungan dan kebebasan untuk bereksplor dan membentuk pengalaman baru. Dengan menciptakan lingkungan yang positif bagi anak untuk bertumbuh kembang, remaja akan lebih percaya diri. Karena dengan adanya bimbingan, remaja dapat melewati tiap tahapan dengan sukses.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun