Kepemimpinan di era modern sangat berbeda dengan kepemimpinan yang diterapkan pada zaman Rasulullah SAW. Pemimpin tidak hanya dilihat berdasarkan keberhasilan dalam mengelola sebuah organisasi, akan tetapi juga berdasarkan nilai yang dianut dan prinsip-prinsip yang diterapkan dalam setiap tindakan.Â
Sumber hukum islam yakni Alqur'an, Hadits, dan As-Sunnah. Selain itu, islam memiliki panutan tokoh yang sempurna sebagai seorang pemimpin yang menjadi suri tauladan yaitu Nabi Muhammad SAW yang memiliki empat karakter yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin yang tercermin dari ucapan dan perilakunya, yaitu karakter shidiq, amanah, tabligh, dan fathonah. Nabi Muhammad SAW merupakan seorang pemimpin yang sangat menginspirasi terutama dalam konsep "As-Siddiq" atau kejujuran (Aulia,2023).
Sifat jujur Nabi Muhammad SAW yang dapat kita jadikan teladan ialah jujur dalam berdagang. Dikutip berdasarkan buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri (2021) menceritakan Ketika Nabi Muhammad SAW diminta Khadijah untuk berjualan di Negeri Syam, Saat itu Khadijah mempercayakan Nabi Muhammad SAW untuk memimpin dan mengatur rombongan pedagang.Â
Pada saat berjualan, Nabi Muhammad SAW selalu berkata jujur kepada pembeli dan tidak menutupi kekurangan dari barang dagangan. Apabila barang dagangan dalam kondisi baik, maka ia akan mengatakan baik. Begitupun sebaliknya. Beliau juga jujur terhadap Harga jual barang dagangannya. Selanjutnya, seluruh barang dagangan telah habis terjual dan ia mendapatkan keuntungan yang besar. Hal ini membuat Khadijah gembira dan penyambutan yang positif oleh penduduk Mekkah.
Konsep "As-Siddiq" yang dimiliki Nabi Muhammad SAW menekankan kepada nilai kejujuran, kebenaran dan integritas. Dalil terkait kejujuran juga tertuang dalam ayat Al-Qur'an:
 "wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar (QS. Al-Ahzab ayat 70).
"Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar" (QS. Al-Ahzab ayat 70).
Kedua ayat tersebut memiliki makna bahwa berkata jujur merupakan salah satu ciri orang beriman dan setiap perkataan yang diucapkan akan didengar oleh Allah SWT sehingga terdapat pertanggung jawabannya. Barangsiapa yang berkata jujur niscaya Allah SWT memperbaiki amalanmu dan mengampuni segala dosa hamba-Nya.
Salah satu sifat baik Rasulullah SAW tersebut perlu dicontoh untuk diterapkan, termasuk dalam pemberian asuhan keperawatan berdasarkan salah satu prinsip etik keperawatan yaitu kejujuran. Sifat jujur dalam Islam merupakan salah satu sifat yang sangat dihargai dan diutamakan. Bagi perawat, sifat jujur adalah kunci dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab mereka.
Dikutip dari salah satu portal berita bahwa ada seorang perawat ruang rawat inap di slaah satu rumah sakit pemerintah di Jawa Barat yang mengungkapkan bahwa banyak tantangan untuk menjadi seorang perawat.
"Ada sebuah kejadian keluarga pasien tidak terima atas tindakan medis kepada pasien, jadi karena kita (perawat) berada 24 jam bersama pasien, sering memang menjadi sasaran ketika mereka marah, meluapkan kekesalan mereka jika terjadi kondisi atau perubahan yang tidak diinginkan pasien anak misalkan. Nah itu suka marahnya ke kita(perawat)," ujarnya.