Mohon tunggu...
Saragih alam
Saragih alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Disela-sela liburan

Telah memperoleh S-1 Filsafat di Fakultas Filsafat Santo Thomas Medan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesederhanaan di Balik Kemeriahan Natal

30 Desember 2022   11:10 Diperbarui: 30 Desember 2022   11:20 292
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber Poto: Jendelanasional.id)

                                                                                                    

"Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. Dan ini lah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai         seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan."

Natal sering kali diidentikan dengan kemeriahan dan pesta. Lagu-lagu natal dan filim natal akan menghiasi dunia maya. Disamping itu, pohon natal, patung natal, dan pernak-pernik natal akan diperdagangkan serta ditemukan di mana-mana. Kue natal akan senantiasa disajikan bagi mereka yang datang untuk menyapa. Setiap orang akan berusaha memiliki dan mengenakan pakaian natal yang baru. Hari natal semakin disempurnakan dengan berkumpulnya keluarga dan sanak saudara menyambut tahun yang baru. Semua kebiasaan itu memberi rasa suka cita, kehangatan, kemariahan, dan pesta.

Dibalik kemeriahan natal tersimpan nilai kesederhanaan dan kemiskinan. Nilai itu kerap kali tidak disadari dan diketahui banyak umat beriman. Tidak sedikit orang larut hanya pada suka cita dan kemeriahan lahiriah saja dan tidak dapat sampai pada nilai yang lebih dalam. Kesederhanaan itu tampak dari misteri yang terjadi dalam kandang kecil di Betlehem itu.

1. Kandang Natal

Sebagai Tuhan, Yesus dapat memilih apa pun di dunia ini sebagai tempat bagi Dia untuk lahir. Namun Dia "memilih" sebuah kandang domba yang kotor dan sederhana. Sikap ini menjadi tanda solidaritasNya bagi manusia. Dia yang adalah Tuhan rela merendahkan diriNya menjadi sama seperti manusia. Tidak cukup menjadi sama seperti manusia, Ia memilih menjadi manusia yang paling miskin dan hina yakni lahir di kandang domba dan wafat di tiang kayu penghinaan yakni salib. Keputusan itu didasarkan pada kasih, ketaatan, kehendak bebas, dan kerendahan hati. Dari semuanya itu kasih lah yang terutama dan mendasari segalanya. Berkat kasih yang besar dan tulus itu Yesus sanggup menanggung semuanya. Yesus bukan lah Tuhan yang hanya melihat dan tidak peduli dengan penderitaan umatNya. Ia turut ambil bagian dan merasakan penderitaan umatNya. Dengan menjadi manusia, Yesus hendak meresakan kelahiran, penderitaan, dan kegelapan makam sebagaimana dialami oleh manusia.

2. Lahir Dikesunyian, Kedamaian, dan Kedinginan Malam

Yesus tidak lahir di tengah-tengah kebisingan dan hiruk pikuk penginapan di Yerusalem. Yesus lahir dikesunyian malam yang tenang dan damai. Itu artinya Yesus juga tidak ditemukan di dalam hati yang "sumpek" oleh keserakahan, kesombongan, dengki, fitnah, dan mementingkan diri sendiri. Dalam kebisingan kita akan sulit menemukanNya. Tetapi Ia dapat ditemukan dalam keheningan dan ketenangan. Kehanganan dan cinta Maria dan Yosep telah menghangatkan dinginnya malam. Padang pasir memiliki dua suhu yang sangat ekstrim. Pada siang hari cuaca sangat panas sedangkan malam hari suhu menjadi sangat dingin. Bayi Yesus yang lemah sungguh merasakan dinginnya malam di sebuah kandang yang sederhana dan jauh dari kenyamanan. Kasih sayang tidak melulu soal harta, uang, dan kenyamanan hidup, tetapi terutama cinta dan perhatian.

3. Dibalut Dengan Kain Lampin dan Terbaring di Dalam Palungan

Yesus yang baru lahir dibalut dengan kain lampin dan dibaringkan di dalam palungan. Kain lampin adalah potongan-potongan kain yang dikumpulkan dan disatukan. Apa yang dianggap tidak berguna dipakai oleh Allah sebagai tanda cinta, perhatian, dan bukti kesederhanaan hidupNya. Yesus yang adalah Tuhan rela mengenakan pakaian sederhana lambang kemanusiaan kita. Sedangkan palungan adalah tempat dimana rumput (makanan domba) diletakkan. Hal ini hendak melambangkan kesederhanaan dan penyerahan diriNya. Sejak lahir Yesus telah merelakan diriNya menjadi santapan rohani bagi manusia. Sebagai pengikut Kristus, orang-orang Kristen juga dituntut untuk mampu hidup sederhana dan berkorban bagi sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun