Mohon tunggu...
Saraga mulyana
Saraga mulyana Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiwa-relawan kemanusiaan-penulis dadakan

untuk saat ini bingung mau nulis bionya apaa

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Menyingkap Tabir Prostitusi di Bulan Suci, Tentang Kemaksiatan di Bulan Penuh Keberkahan

14 April 2022   02:08 Diperbarui: 14 April 2022   02:28 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

ESENSI BULAN SUCI ; PROSTITUSI HARUS TAHAN DIRI

'marhaban ya ramadhan" kalimat indah yang menandakan telah datangnya bulan suci bagi seluruh orang yang merayakan. Kaum muslim berbondong-bondong mengambil kebaikan saat bulan ini tengah berlangsung. Ditambah meredanya pandemi,menciptakan euphoria  berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Terutama di salah satu kota besar Sumatra Barat ,sudut kota akan dipenuhi nuansa berbeda dari hari-hari biasa. Namun ditengah hiruk- pikuknya Ramadhan, nyatanya prostitusi masih terus berjalan. Tetap menjajakan media pemuas syahwat demi pundi-pundi rupiah yang akan diterima setelahnya.

            Mengingat predikat kota yang cenderung islami, tak heran rasanya upaya pemerintah yang mati-matian memastikan kekhusukan umat islam dalam beribadah, semua hal yang berbau kemaksiatan akan dilibas oleh polisi penegak perda, demi memastikan bahwa peribadatan umat tak terganggu oleh hal semacam ini. Namun fakta menohok kita temukan dilapangan,masih berlangsungnya transaksi prostitusi yang menandakan tidak padamnya eksistensi dari kegiatan ini.

PROSTITUSI SEBAGAI JALAN TERAKHIR TUNTUTAN EKONOMI

            Sebagai penulis, penting rasanya melihat dari beragam kaca mata, mengambil sudut pandang berbeda serta mempertimbangkan objektifitas agar mendapat benang merah dalam persoalan ini. Tulisan ini berangkat dari hasil ruang diskusi yang telah dibangun, sebut saja Mawar, salah seorang penjaja jasa yang terhubung melalui sebuah platform digital dan kita temui di sebuah kedai kopi. Dengan sedikit canggung mawar menceritakan kisahnya, wanita ini memulai dengan basa-basi alasan mengapa ia memilih jalan yang dianggap hina bagi mayoritas orang diluar sana "aku baru operasi awal ramadhan ini,  kalo ditanya alasan sebenarnya pilu juga, faktor ekonomi dan tuntutan aku buat nanggung biaya obat nenek" tuturnya kala diskusi dimulai. Tak puas dengan alasan yang mungkin akan diragukan beberapa orang,penulis bertanya kembali dengan apa pekerjaan mawar sehari-hari. Wanita berusia  23 tahun ini mengaku berkerja sebagai koki salah satu cafeteria di kota islami pulau Sumatra, bergaji UMR yang nyatanya tidak cukup meringankan desakan ekonomi dan kewajibannya berbakti pada sang nenek yang pada akhrinya menjadi alasan dia mengambil jalan pintas semacam ini meski di tengah bulan suci. 

            Hal ini menarik simpati penulis akan ceritanya, mengingat dengan penampilannya yang terkesan apa adanya ini tak ditemukan adanya indikasi faktor gaya hidup yang sering kali menjadi alibi khalayak ramai untuk menghakimi orang seperti mereka. Dan berdasarkan penuturannya juga, nyata seorang dokterlah pengguna jasa pertamanya.

BERANGKAT DARI KORBAN HINGGA AKHIRNYA MENJAJAKAN

            Tak sampai pada ceritanya pertama kali menjajakan diri, penulis juga mengulik sedikit kisah awalnya mengenal dunia hitam ini. Terlahir dari keluarga yang berantakan,ditinggalkan sang ibu kala usianya beranjak 5 tahun yang pada akhirnya membuyarkan cara padangnya perihal kehidupan. Hal ini diperparah dengan fakta bahwa ia adalah korban pemaksaan hubungan suami-istri oleh sang kekasih. "awalnya aku pacaran biasa aja, ngak pernah sampe melakukan itu, sampai aku kelas 3 SMK, cowo aku maksa buat berhubungan,disana aku udah nolak karna masih kepikiran gimana aku kedepannya" ucap mawar sembari menundukan pandangannya ketika penulis bertanya. "pada akhirnya aku hamilkan, terus aku dikasih pilihan sama orang tua,nikah atau aborsi. Aku bilang aborsi aja" tambahnya. Kesimpulan yang dapat penulis ambil, adanya alasan pembenaran "kepalang basah" karna sudah pernah terjerumus hal serupa yang dianggap biasa. Namun hal pasti, bisa saja hal ini dapat dihindari manakala ia bukan korban perkosaan dimasa lalu.

PENGESAHAN RUU PKS UPAYA STRATEGIS MENCEGAH REGERASI PELAKU PROSTITUSI

            Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual yang telah disahkan menjadi Undang-Undang tidak hanya soal kemenangan kita bersama atas perjuangan panjang menghapus kejahatan seksualitas, namun adanya secercah harapan bagi berbagai pihak terutama perempuan yang sering kali menjadi korban. Adanya legalitas yang mempersempit potensi terjadinya kasus serupa merupakan bentuk perjuangan berikutnya bagi seluruh elemen masyarakat,menjaga agar regenerasi pelaku prostitusi yang bermula dari korban menjadi penjaja. Besar harapan tulisan ini menggugah pembaca untuk ikut serta memastikan bahwa Undang-Undang PKS adalah senjata bersama untuk melawan

Tulisan ini merupakan hasil diskusi penulis dengan salah seorang penjaja jasa prostitusi di  sebuah kota pulau Sumatra, artikel ini membuka ruang diskusi dan prespektif baru perihal kekerasan seksual di tanah air. Kritikan dan saran sangat penulis perlukan dalam artikel ini.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun