1. PendahuluanÂ
Foto sintesis adalah proses dimana energi matahari digunakan oleh beberaa bakteri dan organisme non seluler untuk memproduksi gula tumbuhan (karbohidrat). Energi ini kemudian diserap kedalam sel-sel yang berespirasi dan dapat digunakan sepenuhnya oleh organisme-orgenisme hidup. Reaksi  umum yang terjadi dalam foto sintesis yaitu:
6H2O + 6CO2 → C6H12O6 + 6O2
Fotosintetsis mengubah energi matahari menjadi energi kimia yang dibutuhkan organisme hidup. Namun, dalam konteks energi hijau dan perubahan iklim pemahaman lebih dalam tentang kinetika reaksi fotosintesis dan penggunaan reayasa genetika menawarkan potensi besar dalam memaksimalkan pemanfaatan energi matahari. Dalam artikel ini juga membahas mengenai bagaimana kinetika reaksi dan rekayasa genetika dapat dipakai dalam memaksimalkan efisiensi fotosintesis.
2. PembahasanÂ
Pada pembahasan dalam artikel ini juga akan membahas bagaimana proses fotosintesis dan transformasi energi, kinetika reaksi fotosintesis: efisiensi energi matahari, rekayasa genetika dalam meningkatkan efisiensi foto sintesis, energi hijau dan potensi pengaplikasian bioteknologi, dan dampak lingkungan dan juga  tantangan. Adapun pembahasan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut.
A. Proses Fotosintesis dan Transformasi EnergiÂ
Terdapat dua tahap dalam proses fotosintesis dimana itu juga dapat membuat tumbuhan mengubah sinar matahari menjadi energi kimia dalam bentuk glukosa.
- Dalam siklus Calvin karbon dioksida (CO2) masuk ke dalam tumbuhan melalui stomata dan kemudian bersifusi melalui ruang antar sel hingga mencapai sel mesofil. Dalam sel mesofil, CO2 berdifusi ke dalam stroma kloroplas di mana reaksi fotosintesis yang tidak bergantung pada cahaya. Sebenernya, beberapa nama diberikan kepada reaksi-reaksi ini dimana nama-nama lain untuk reaksi yang tidak bergantung pada cahaya adalah siklus Calvin. Siklus Calvin-Benson dan reaksi gelap yang dapat menyasatkan karena menunjukkan bahwa reaksi hanya terjadi pada malam hari atau tidak bergantung pada cahaya, itulah sebabnya sebagian besat ilmuan dan instruktur tidak lagi menggunakannya. Terdapat tiga tahap dalam siklus Calvin yaitu pengurangan, fiksasi, dan regenerasi.Â
- Siklus Calvin atau reaksi gelap menggunakan produk reaksi terang untuk mengubah karbon dioksida menjadi gula dan reaksi terang yang bergantung pada cahaya untuk menghasilkan ATP dan NADPH. Fotosintesis merupakan proses yang sangat penting bagi tumbuhan untuk menjaga kehidupan di bumi. Dalam kaitannya dengan energi hijau, fotosintesis juga berkontribusi pada penyerapan karbon dioksida dan mengurangi konsentrasi gas rumah kaca.
B. Kinetika Reaksi Fototsintesis: Efisiensi Energi Matahari
Laju perubahan yang terjadi dalam setiap langkah fotosintesis disebut sebagai kinetika reaksi fotosintesis. Faktor-faktor eksternal seksternal seperti intentitas cahaya, konsentrasi CO2, suhu, dan ketersediaan air yang mempengaruhi berapa cepat reaksi berjalan dan berapa banyak energi yang dihasilkan.
- Intentitas cahaya: Karena klorofil tidak menangkap cukup energi dalam kondisi cahaya rendah,laju fotosintesis juga akan menurun.
- Konsentrasi CO2: Siklus Calvin juga membutuhkan karbon dioksida, dimana konsentrasi CO2 yang lebih tinggi dapat meningkatkan laju fotosintesis.
- Suhu: Suhu ideal untuk fotosintesis adalah 25-30ᵒC, karena enzim akan menjadi kurang aktif diluar kisaran, laju reaksi akan menghambat efisiensi fotosintesis, dan menemukan cara  untuk meningkatkan produktivitas tanaman dalam berbagai kondisi alam.
C. Rekaya Genetika dalam Meningkatkan Efisiensi Fotosintesis
Melalui manipulasi genetik pada tumbuhan, rekayasa genetika dapat meningkatkan efisiensi fotosintesis. Beberapa pendekatan yang telah dikembangkan termasuk:
- Modifikasi Jalur Fotosintesis: Modifikasi jalur fotosintesis pada tumbuhan  C4 seperti jagung memiliki mekanisme fotosintesis yang lebih baik dari pada tumbuhan C3 seperti padi. Ilmuan juga mencoba menggunakan rekayasa genetika untuk membuat tumbuhan C3 lebih efisien dalam menagkap karbon dioksida dalam kondisi tertentu.
- Over-ekspresi Gen Klorofil: Produksi klorofil tumbuhan meningkat, dimana yang meningkatkan yaitu penerapan cahaya. Gen yang mengatur produksi klorofil dapat diubah untuk membuat tanaman menyerap sinar matahari dengan lebih baik, terutama di daerah yang intentitas cahayanya rendah.
- Resistensi Terhadap Stres Lingkungan : Rekayasa genetika membuat tanaman lebih tahan terhadap cuaca ekstrim seperti kekeringan atau suhu tinggi, yang sering kali dapat mengurangi efisiensi fotosintesis. Dengan mengintegrasikan gen yang memberikan ketahanan terhadap stres, tumbuhan dapat berfotosintesis secara efisien dalam kondisi lingkungan yang menantang.
D. Energi Hijau dan Potensi Pengaplikasian Bioteknologi Â
Dalam hal ini, tumbuhan menyediakan biomassa untuk pembuatan bahan bakar bio yang merupakan sumber energi terbarukan. Dimana dalam situasi seperti saat ini, rekayasa genetika dapat meningkatkan produktivitas fotosintesis untuk menghasilkan lebih banyak biomassa dengan menggunakan lebih sedikit sumber daya.
- Tanaman  Sebagai Sumber Energi Terbarukan: Tanaman fotosintesis pula dapat digunakan untuk membuat biofuel sebagai pengganti bahan bakar fosil. Fotosintesis juga dapat menjadi  sumber energi melalui beberapa cara yaitu seperti mikroalga, fotosintesis buatan, dan sel biofuel.
- Penyerapan Karbon: Rekayasa genetika memungkinkan tumbuhan menyerap lebih banyak karbon dioksida di atmosfer, membantu mengurangi emisi gas rumah kaca, dan memerangi perubahan iklim. Tumbuhan juga dapat menjadi lebih efisien dalam menyimpan energi matahari dan mengurangi ketergantungan manusia pada energi berbasis fosil melalui pengoptimalan proses fotosintesis.
E. Dampak lingkungan dan Tantangan Etika
Di tengah tantangan etika dan lingkungan, penggunaan rekaya genetika dalam modifikasi lingkungan tentunya menimbulkan masalah mengapa?. Kekhawatiran tentang dampak ekologi, seperti keragaman genetik dan hubungannya dengan ekosistem alami juga harus dipertimbangkan. Selain itu, terdapat perdebatan yang sedang berlangsung mengenai keamanan pangan dan potensi risiko bagi kesehatan manusiayang mungkin disebabkna oleh tanaman yang dimodifikasi secara genetik. Namun, ditengah masalah ini rekayasa genetika memiliki potensi besar untuk dapat memeberikan solusi terhadap krisis energi dan juga masalah lingkungan yang sedang kita hadapi saat ini.
3. Kesimpulan Â
Dapat diambil sebuah ksimpulan yaitu dengan memahami lebih dalam mengenai fotosintesis bekerja dan mempercepat laju reaksi melalui pendekatan kinetika, serta dengan menggunakan rekayasa genetika untuk dapat mengubah tumbuhan agar dapat tumbuh menjadi lebih efisisen lagi. Menyerap sinar matahari pula kita bisa membantu menghasilkan lebih banyak lagi energi hijau, mengurangi emisi karbon, dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap cuaca ekstrim, itu semuanya dilakukan dengan mempertimbangkan dampak lingkungan yang terjadi nantinya seperti apa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H