Mohon tunggu...
M. Sapwan
M. Sapwan Mohon Tunggu... Musisi - photo traveling di malang

saya dari Lombok

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

Jangan Punahkan Bahasa Ibu

24 Februari 2021   10:33 Diperbarui: 24 Februari 2021   10:41 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak orang tua yang mengabaikan bahasa lokal dalam komunikasi keluarganya. Bahasa lokal menjadi bahasa sampingan saja dalam pergaulan bermasyarakat. Apalagi keluarga yang pernikahanya lintas suku dari bahasa yang berbeda seperti contoh diatas. 

Sesunguhnya peran mereka sangat vital dalam mentransmisikan nilai-nilai budaya daerah, khususnya mensosialisasikan bahasa daerah sebagai alat komunikasi sehari-hari. 

Lemahnya peran orang tua menjadi penyebab  anak tidak lagi menjadikan bahasa daerah sebagai sense of belonging. Anak justru tak mengenal sama sekali bahasa daerahnya.  

Ketiga :  Gegerasi Muda,  secara tidak langsung, generasi muda menjadi pelestari bahasa gaul yang baru mereka dengar. Menggunakan bahasa baru menjadi kebanggan tersendiri dalam pergaulannya. 

Cara-cara  ini telah merontontokkan bahasa lokal secara perlahan. Kedatangan bahas gaul membuat mereka silau dan menganggap bahasa tersebut harus digunakan agar dianggap lebih modern. 

Keempat : Peran Media. Media cetak, media elektronik, media sosial, media-media yang menjadi arena berinteraksi banyak orang itu hanya semakin mengikis penggunaan bahasa daerah. 

Bahasa daerah tersudut di pojok-pojok kecil oleh gempuran dominasi budaya asing atas kultur lokal bangsa ini. Perkembangan dunia IT membuat dunia bagai kampung/desa raksasa yang terhubung oleh media komunikasi yang terus menglami perkembangan. Media telah menjadi  "makelar budaya" asing.  

Kelima. Dominasi Bahasa. Seringkali, kedatangan bahasa asing ke suatu tempat mendominasi wilayah tersebut. bahasa asing kadang dianggap lebih tinggi derajatnya hingga membuat bahsa lokal tergerus. 

Globalisasi dengan segala kemewahan yang ditawarkan lebih berkesan superior dan harus dipakai dalam segala bentuk keseharian. Lalu pada akhirnya bahasa daerah turun derajat.

Menyikapi fenomena kepunahan bahasa lokal tersebut, sudah saatnya kita membangun kecintaan terhadap bahasa lokal agar tak ikut punah.

NTB dengan kekayaan bahasa lokalnya harus segera melakukan tindakan penyelamatan bahasa lokal. Seluruh komponen harus secara sadar membagi tugas penyelamatan bahasa lokal tersebut. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun