Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Menulis dan Merawat Jiwa: Lebih dari Sekadar Merangkai Kata

25 Oktober 2024   19:28 Diperbarui: 26 Oktober 2024   06:13 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iStock/Deagreez

Setiap orang pasti pernah atau sedang menghadapi hari-hari yang sulit. Banyak dari mereka juga memiliki caranya masing-masing untuk melepaskan penat tersebut. Umumnya mereka biasanya akan melakukan berbagai kegiatan yang disukai, menyantap makanan favorit, hingga menyibukan diri dengan berolahraga.

Namun dibalik berbagai cara unik seseorang dalam menghadapi stres, rasanya mengungkapkan perasaan yang ada di hati dan pikiran akan menjadi sebuah cara yang paling jelas manfaatnya. Akan tetapi, tidak semua orang bisa mengungkapkan apa yang mereka rasakan baik itu dalam hal verbal (berbicara) atau bahkan secara gestur sekali pun.

Sehingga untuk bisa tetap bisa mengungkapkan perasaan tersebut banyak dari ahli psikologi yang menyarankan sebuah cara lain seperti dengan cara menuliskannya. Pada tahun 1980-an James Pennebaker seorang psikolog sosial terkemuka asal Amerika Serikat mengembangkan sebuah bentuk terapi menulis yang disebut dengan "expressive writing".

Di mana seseorang dapat menuliskan tentang pikiran dan perasaan terdalamnya tanpa perlu memperhatikan ejaan, tata bahasa, maupun konstruksi kalimat. Sehingga expressive writing ini kemudian menjadi sebuah cara yang cukup efektif dan mudah untuk mengekspresikan diri dengan mengalir secara bebas dan terbuka.

Harvard Medical School lebih lanjut menjelaskan melalui penelitian yang dilakukan oleh Hans S. Schroder tentang bagaimana expressive writing ini bisa membantu seseorang yang telah lama diliputi rasa khawatir yang berlebih dengan cara melihat perubahan gelombang pada otaknya.

Sumber: iStock/Goodboy Picture Company
Sumber: iStock/Goodboy Picture Company

Hasilnya menunjukkan bahwa seseorang yang menuliskan apa yang mereka rasakan atau khawatirkan melalui expressive writing ternyata dapat mengurangi ukuran sinyal gelombang otak negatif pada seseorang yang sering merasa khawatir. Hal ini menunjukkan bahwa dengan "menulis" kekhawatiran mereka "dilepaskan" melalui atau dalam bentuk tulisan.

Uddipana Goswani seorang dosen di Kennesaw State University yang juga sekaligus sebagai penulis dan peneliti perdamaian feminis asal India ini membagikan kisahnya pada laman psyche.co tentang bagaimana ia 'memulihkan diri' dari traumanya melalui menulis.

Baginya, menulis bukan hanya menjadi sebuah media yang membantunya dalam melewati proses pengalaman yang menyakitkan tetapi sekaligus juga memberikannya 'keterampilan hidup'.

Ketika menghadapi masa sulit tersebut, ia mencoba membagikannya melalui sebuah artikel surat kabar tentang pengalaman pahitnya tersebut. Dari sini ia sadar bahwa menulis bisa membuatnya belajar menerima sebagian dari dirinya. Dengan menerimanya, ia dapat menyembukan dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun