Mohon tunggu...
Eko Gondo Saputro
Eko Gondo Saputro Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Menjadikan menulis sebagai salah satu coping mechanism terbaik✨

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Pro dan Kontra Kegiatan Study Tour di Sekolah, Haruskah Dilarang?

14 Mei 2024   17:24 Diperbarui: 14 Mei 2024   19:53 6945
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi study tour/smp-taufiqurrahman2.com

Kegiatan belajar siswa di sekolah biasanya akan identik dengan aktivitas yang ada di kelas maupun lingkungan sekolah. Selain karena agar menciptakan suasana belajar, tetapi dengan melakukan aktivitas di sekolah membuat para guru bisa memantau dan mengelola siswa dengan lebih mudah dan terarah.

Namun kita memiliki sebuah kegiatan yang mungkin bisa dikatakan sebagai sebuah 'tradisi' yang pasti selalu ada di setiap sekolah, yaitu kegiatan study tour atau kegiatan rekreasi sembari belajar di luar kelas yang segala aktivitasnya memiliki nilai edukasi yang bisa diambil oleh para siswa.

Pada kegiatan ini biasanya tidak hanya menciptakan sebuah memori yang indah bagi para siswa, tetapi juga sarana belajar yang menyenangkan karena bisa belajar sembari melihat, mengamati, dan praktik langsung. Sehingga harapannya segala teori-teori yang didapat di sekolah bisa tergambarkan secara langsung melalui kegiatan tersebut.

Kegiatan study tour biasanya akan memperhatikan beberapa elemen penting, salah satunya adalah menyelaraskan tujuan perjalanan dengan pelajaran-pelajaran yang ada di sekolah sehingga perjalanan ini tidak hanya dapat menyenangkan saja tetapi juga bisa memiliki nilai edukasinya.

Sumber: Shutterstock/Skyward Kick Productions
Sumber: Shutterstock/Skyward Kick Productions

Memang tak jarang study tour ini kemudian hanya sebagai kegiatan perjalanan rekreasi semata. Namun dengan membalut tema 'study tour' membuat kegiatan tersebut seolah memiliki nilai edukasi tetapi pada kenyataannya hanya kegiatan rekreasi biasa yang diiniasikan oleh sekolah kepada para siswa.

Esensi study tour saat ini kemudian mulai luntur karena sebagian sekolah sudah mulai meghilangkan 'nilai edukasi' dalam  perjalanan kegiatan belajar di luar sekolah ini. 

Memang di satu sisi para siswa membutuhkan refreshing yaitu salah satunya dengan rekreasi. Akan tetapi, ketika kegiatan ini diselenggarakan oleh sekolah, maka pihak sekolah harus memastikan kegiatan tersebut tidak menyalahi aturan dan lebih baik lagi jika kegiatan tersebut memiliki nilai edukasi yang dapat bermanfaat bagi para siswanya.

Sehingga saat ini yang menjadi penting adalah bagaimana pihak sekolah mampu menghadirkan kegiatan perjalanan study tour yang bukan hanya rekreasi yang menyenangkan saja, tetapi juga memiliki nilai-nilai edukasi yang selaras dengan apa yang dipelajari di sekolah.

Baru-baru ini topik mengenai study tour menjadi perbincangan hangat warganet setelah adanya tragedi kegiatan study tour yang berakhir nahas yang menimpa para siswa di SMK Lingga Buana Depok. 

Banyak warganet yang terkejut sekaligus berbelasungkawa dengan atas kejadian tersebut dan kemudian meperbedatkan apakah kegiatan study tour semacam ini perlu dilarang dan dihilangkan saja?

Sumber: iStock/MicroStockHub
Sumber: iStock/MicroStockHub

Pro dan kontra kegiatan Study tour

Bagi para siswa, kegiatan study tour seolah menjadi sebuah kegiatan yang paling ditunggu-tunggu. Karena melalui kegiatan ini mereka memiliki kesempatan untuk bisa berekreasi mengunjungi tempat-tempat yang ada di luar sekolah bersama teman-teman.

Meskipun study tour ini memiliki konsep 'belajar di luar sekolah', tetapi masih banyak dari mereka yang lebih menganggap kegiatan study tour ini sebagai agenda rekreasi bersama teman-teman yang diinisiasikan oleh sekolah sehingga itu menjadi alasan mengapa kegiatan ini banyak ditunggu-tunggu oleh para siswa di sekolah-sekolah mana pun.

Pada dasarnya kegiatan ini memiliki dampak positif. Dengan nama kegiatan yang diawali dengan 'study' maka sudah jelas dan sepatutnya kegiatan ini memiliki nilai edukasi, sehingga membuat para siswa yang mengikutinya bisa belajar di luar sekolah dengan menyenangkan karena sekaligus bisa refreshing.

Jika kita menggunakan persepsi ini, maka tidak mengejutkan jika kegiatan ini menaruh banyak dukungan baik dari orang tua maupun siswa. Dalam hal ini rekreasi yang dilakukan tentunya akan diawasi langsung oleh sekolah sehingga kegiatan tersebut sudah dipastikan akan tersturuktur, terarah, dan memiliki manfaat bagi para siswa.

Sayangnya mungkin konsep study tour seperti itu sudah mulai tidak diterapkan dengan baik di sebagian besar sekolah di Indonesia. Dalam hal ini esensi nilai edukasi dalam kegiatan study tour saat ini perlahan mulai hilang dan lebih banyak kegiatan rekreasinya dibandingkan edukasinya. Selain itu kegiatan ini di beberapa sekolah menuai beberbagai macam kontroversi.

Seperti biaya yang harus dikeluaran oleh para siswa yang biasanya sangat mahal. Memang kegiatan yang dirancang oleh sekolah sudah dipastikan bahwa akan dirancang sebaik mungkin, namun seringkali sekolah tidak memikirkan biaya yang harus dikeluarkan oleh para siswa.

Ini menyebabkan beberapa siswa yang termasuk kedalam kategori tidak mampu, sering kali dihadapkan dengan masalah ini. Pada akhirnya banyak orang tua siswa yang sampai rela berhutang pada tetangga hanya agar anaknya bisa mengikuti kegiatan tersebut.

Tidak sampai disini saja, biasanya sekolah menerapkan aturan yang membuatnya semakin tidak relevan. Misalnya, bagi para siswa yang  tidak bisa mengikuti kegiatan tersebut baik dengan alasan sakit hingga tidak memiliki biaya, mereka akan tetap dikenakan biaya.

Atau sekolah membuat peraturan bagi siapa saja yang tidak mengikuti kegiatan tersebut akan dibebani tugas seperti mengerjakan semua lembar kerja siswa (LKS) pada setiap mata pelajaran, sehingga secara tidak langsung sekolah 'memaksa' siswa untuk mengikuti kegiatan tersebut dengan berbagai konsekuensi yang ada.

Masih berhubungan dengan biaya, pada beberapa sekolah terjadi penipuan yang dilakukan oleh oknum travel atau event organizer (EO) yang menggelapkan dana kegiatan tersebut sehingga tidak hanya sekolah yang dirugikan tetapi para siswa yang sudah merogoh kocek untuk kegiatan tersebut.

Kontroversi ini hanya sedikit contoh dari berbagai permasalahan yang timbul akibat adanya kegiatan study tour tersebut. Bahkan kontroversi ini muncul sebelum kegiatan itu berlangsung, sehingga banyak para siswa maupun orang tua di beberapa sekolah terkadang merasa terbebani dengan adanya kegiatan study tour ini karena banyak menimbulkan berbagai masalah.

Belum lagi kontroversi lain seperti kegiatan study tour yang tidak memiliki nilai edukasi. Saat ini banyak sekolah yang menyelenggarakan kegiatan study tour dengan tujuan ke tempat-tempat yang tidak memiliki kegiatan edukatif bagi para siswa. Sehingga esensi kegiatan yang seharusnya 'belajar di luar sekolah' kemudian berubah menjadi 'jalan-jalan di luar sekolah'.

Sangat disayangkan karena ini bukanlah merupakan kegiatan 'gratis'. Memang mungkin banyak siswa yang tidak akan memperdulikan apakah kegiatan rekreasi ini memiliki nilai edukasi atau tidak.

Namun yang pasti adalah sekolah sebagai pihak pelaksana kegiatan seharusnya memastikan bahwa kegiatan berbayar ini tidak hanya menyenangkan saja, tetapi juga memiliki nilai edukasi sehingga bisa bermanfaat bagi para siswa yang mengikuti kegiatan study tour tersebut.

Ilustrasi study tour/smp-taufiqurrahman2.com
Ilustrasi study tour/smp-taufiqurrahman2.com

Apakah sudah saatnya kegiatan study tour dilarang?

Dari kontroversi dan musibah yang terjadi baru-baru ini, sepertinya menjadi sebuah pelajaran penting bagi setiap sekolah dan pemerintah. Sekolah perlu memastikan setiap elemen yang ada pada kegiatan study tour ini tidak menimbulkan masalah baik itu biaya yang mahal maupun pada saat kegiatan tersebut berlangsung.

Namun yang paling penting disini adalah peran pemerintah khususnya Kemendikbudristek dan pemerintah daerah dalam mengawasi jalannya aktivitas yang ada di sekolah khususnya terkait kegiatan yang ada di luar sekolah seperti kegiatan study tour.

Dalam hal ini pemerintah tidak hanya memberikan pengawasan saja, tetapi juga menerbitkan peraturan yang jelas dan ketat terkait kegitatan tersebut. Sehingga permasalahan seperti biaya yang mahal dapat diminimalisir lagi dengan baik dan tidak ada lagi para siswa maupun orang tua yang merasa terbebani akan hal tersebut.

Tidak hanya soal biaya, pemerintah perlu membuat standarisasi pada sekolah-sekolah yang akan melakukan kegiatan belajar di luar sekolah. 

Misalnya study tour, pemerintah bisa membuat standarisasi dalam hal biaya, tujuan-tujuan perjalanan yang memiliki nilai edukasi, hingga keamanan dari perjalanan tersebut yang meliputi sarana transportasi dan fasilitas-fasilitas penunjang lainnya.

Sehingga baik pihak sekolah maupun pemerintah bisa melakukan mitigasi resiko lebih awal terkait potensi-potensi masalah yang akan timbul dari kegiatan tersebut. 

Kegiatan study tour ini sebenarnya memiliki banyak nilai positif apabila dilakukan dengan benar dan sesuai dengan nilai esensinya. Oleh karena itu, melarang belum tentu menjadikannya lebih baik, tetapi pemerintah maupun sekolah harus bisa hadir dan memastikan kegiatan ini berjalan dengan baik, memiliki nilai edukasi, dan aman bagi para siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun