Korea Selatan merupakan salah satu negara maju dengan perkembangan teknologi, industri, dan pendidikannya yang pesat. Tidak hanya itu, saat ini juga dunia lebih mengenal negara korsel karena industri musik dan perfilmannya yang mampu bersaing dan bahkan bisa memimpin pasar dunia.
Sepertinya masyarakat di luar dari Korea Selatan melihat negara tersebut memiliki sejuta macam kelebihan yang membuat banyak orang semakin terkagum-kagum.Â
Tak sedikit juga akhirnya muncul sebuah alasan untuk bisa menjadikan Korea Selatan sebagai tempat impian untuk bisa berlibur bahkan hingga berharap bisa menetap tinggal disana.
Meskipun begitu, banyak masyarakat yang tidak mengetahui tentang apa yang dirasakan oleh penduduk asli yang tinggal di negara yang tekenal dengan gingsengnya tersebut.Â
Mungkin setelah mengetahuinya bisa saja banyak dari mereka akan mengurungkan niatnya untuk menjadikan Korea Selatan sebagai tempat tinggal impian.
Pemerintah Korea Selatan saat ini seakan memiliki tugas yang berat dalam mengurus masyarakatnya. Bukan soal kesejahteraan, fasilitas publik, atau pelayanan lainnya, tetapi soal pola hidup masyarakatnya yang terbilang unik namun nampaknya memiliki resiko bagi masa depan negara itu sendiri khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi.
Masyarakat Korsel identik dengan yang sifat individualismenya yang kuat. Di mana tidak sedikit dari mereka memiliki kencendrungan untuk hidup dengan memikirkan kepentingan pribadinya saja dan enggan untuk berurusan dengan orang lain. Dalam hal ini kaiatannya dengan bagaimana kehidupan sosial yang seharusnya dapat berjalan yaitu adanya interaksi sosial.
Selanjutnya ini yang menjadi akar permasalahan 'kesepian' yang terjadi pada sebagian besar masyarakat Korsel. Pola hidup individualisme ini juga mengambil peran dalam menciptakan situasi tersebut tersebut. Akhirnya banyak masyarakat yang senang dengan kehidupannya yang serba 'sendiri' dan dengan tidak melibatkan banyak pihak-pihak lainnya.
Namun ternyata sifat individualisme di kalangan masyarakat Korsel tidak terlahir begitu saja. David Tizzard seorang professor di bidang Korean Studies and Lectures dalam ulasannya pada The Korean Times menjelaskan bahwa dalam sisi kacamata sejarah, masyarakat Korsel ini menganut nilai perjuangan sehingga pola kehidupan bermasyarakatnya lebih berorientasi pada 'pergerakan masa'.