Beberapa waktu lalu kita sudah menyelesaikan pesta demokrasi yang dilaksanakan pada 14 Februari 2023. Di mana seluruh masyarakat dari berbagai daerah kompak dengan pilihannya masing-masing namun dengan harapan yang sama yaitu demi kemajuan negara Republik Indonesia tercinta ini selama lima tahun kedepan.
Seperti biasanya setelah pemilu selesai dilaksanakan, maka kita akan memasuki fase drama "quick count" atau perhitungan cepat dari calon-calon pemimpin pilihan masyarakat. Di mana melalui quick count ini juga akan memprediksi kemungkinan besar calon pemimpin yang akan memimpin Indonesia kedepannya.
Pada tahapan ini tentunya akan melahirkan pro dan kontra di berbagai lapisan masyarakat. Hal ini wajar terjadi karena setiap orang pasti memiliki jagoannya masing-masing dan berharap jagoannya menang.
Namun ada hal yang lebih besar dari sekedar sosok siapa yang akan memenangkan pilpres 2024 ini. Ternyata hasil quick count tidak hanya menjadi perdebatan dalam lingkungan masyarakat saja, tetapi juga bisa memberikan dampak terhadap perekonomian Indonesia saat ini dan kedepannya nanti.
Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi di negara-negara lain pun terjadi hal serupa khususnya pada saat pemilihan pemimpinan negara seperti Presiden.Â
Ketika terjadi pemilihan Presiden seperti ini, maka perekonomian suatu negara tersebut akan meresponnya sebagai bentuk "sentimen ekonomi" atas peluang yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Sentimen ekonomi sendiri merupakan ukuran atau indikator yang mencerminkan optimisme atau pesimisme dari pelaku ekonomi tentang prospek ekonomi suatu negara. Indikator ini juga menjadi gambaran umum tentang bagaimana seseorang dapat memprediksi kondisi ekonomi.
Poin-poin pertimbangan yang muncul sebagai sentimen ekonomi biasanya lahir dari prediksi kebijakan yang akan digalakkan ketika calon-calon pemimpin yang akan memimpin negara tersebut berkuasa. Meskipun masih "calon" dan belum resmi menjadi presiden, para pelaku ekonomi ini akan melihatnya sebagai peluang yang baik atau buruk.
Sehingga optimisme atau pesimisme para pelaku ekonomi sebenarnya akan selalu muncul ketika adanya kepimimpinan baru. Ini dapat terjadi karena visi&misi para calon pemimpin ini juga akan menggambarkan bagaiamana berjalannya perekonomian negara tersebut selama masa kepemimpinannya nanti.