Dunia saat ini tengah di landa fenomena alam berupa pemanasan permukaan laut atau suhu permukaan laut di atas rata-rata di samudera pasifik tropis bagian tengah dan timur atau biasa di kenal dengan istilah 'El Nino'.
Istilah El Nino berasal dari Bahasa spanyol yang artinya "anak laki-laki". El Nino awalnya digunakan untuk menandai kondisi arus laut hangat tahunan yang mengalir kea rah selatan di sepanjang pesisir Peru dan Ekuador saat menjelang natal.
Fenomena alam ini menyebabkan kondisi beberapa negara memiliki kecendrungan memiliki curah hujan yang rendah sehingga menyebabkan kekeringan parah dan ada juga negara-negara yang justru memiliki curah hujan yang tinggi dan intens hingga memicu bencana banjir.
Indonesia, Vietnam, Malaysia, Filipina dan negara-negara Asia Tenggara lainnya merupakan salah satu negara yang terkena dampak fenomenal alam El Nino yang menyebabkan kekeringan parah yang berkepanjangan.
Sementara, China, Korea Selatan, India, Hongkong, dan negara timur laut AS terkena dampak berupa intensitas curah hujan yang tinggi sehingga menyebabkan bencana banjir yang banyak memakan banyak korban.
Tahun 2023-2024 resmi menjadi tahun El Nino dan Asia Tenggara menjadi wilayah yang memecahkan rekor untuk sebagai kawasan yang paling parah terdampak femomena alam ini. Setelah sebelumnya dua fenomena El Nino terakhir yang "sangat kuat" terjadi pada tahun 1999-1998 dan 2015-2016.
El Nino dan dampaknya terhadap produksi padi
Para ahli memproyeksikan bahwa El Nino akan menguat pada akhir tahun 2023 dan awal 2024 serta akan mempengaruhi produksi beras pada musim hujan dan musim kemarau.Â
Kerugian panen juga tidak dapat dihindarkan yang diakibatkan oleh panen yang tidak optimal karena kondisi cuaca yang buruk dan padi yang rusak karena buruknya sarana penyimpanan padi.
Pada dasarnya produksi beras sama seperti halnya sebagian besar sektor pertanian yang sangat bergantung pada iklim yang mendukung.Â