Wacana kenaikan  tiket tarif naik ke candi Borobudur menuai banyak kritikan dari berbagai oknum dan termasuk masyarakat pada umumnya. Wacana kenaikan tarif tiket untuk naik kecandi masi harus dipertimbangkan dengan serius dan dikaji secara mendalam. Karena wacana ini banyak memberikan keresahan untuk masyarakat sendiri.
Tarif yang direncanakan adalah tarif untuk naik ke candi dengan harga Rp 5000 golongan pelajar, Rp750.000 golongan wisata dalam negeri dan Rp1.400.000 golongan wisatawan asing sedangkan tiket masuk kawasan candi Borobudur masih dengan harga yang sama yaitu Rp50.000.
Planning kenaikan tarif ini guna untuk menghidupkan konservatif untuk menjaga dan melestarikan Borobudur sebagai destinasi sejarah yang berkelanjutan agar dinikmati oleh  setiap kalangan generasi kedepanya. Namun planning ini memicu banyak kritikan dari berbagai pihak seperti halnya pak Taufan Rahmadi selaku ahli strategi parawisata nasional.
Taufan Rahmadi mengatakan bahwa berbicara terkait Borobudur tidak terlepas dari parawisata dan berbicara parawisata itu ada ekosistem.oleh karena itu suatu kebijakan tidak bisa dilihat dari satu prespektif. Sedangkan Persoalan konservasif itu hal yang utama perlu diterapkan namun dengan konservasi itu tidak harus dihidupkan dengan jalan menaikan tarif tiket naik ke candi Borobudur.
Seorang ahli strategi wisata nasional mengatakan bahwa ketika mengambil  kebijakan parawisata hendaknya harus melibatkan semua stockholder parawisata untuk mencari solusi bersama. Sebab konservasi tidak mesti dilakukan dengan pendekatan finansial.
Jadi kenaikan kenaikan tarif bukan solusi yang tepat dimassa pemulihan covid-19 atau dalam menghidupkan konservasi terhadap candi Borobudur, oleh karena itu  harus dilakukan kebijakan yang lebih bertahap dalam melindungi candi Borobudur bukan malah menaikan tarif tiket naik ke Borobudur.
Kanaikan tarif tiket tersebut menjadi keresahan bagi pedagang yang berada di kawasan candi Borobudur.bahkan dapat mengancam kurangnya kunjugan wisatawan akibat kenaikan tarif yang relatif tinggi.
Menurut pak Taufan Rahmadi bahwa ada dua hal yang perlu dilakukan untuk menjawab persoalan Borobudur ini yaitu : pertama focus terhadap pengembangan sumberdaya masyarakat yang ada dikawasan sekitar Borobudur dengan melakukan pendekatan edukasi terhadap masyarakat untuk sama-sama menjaga Borobudur. Yang kedua menerapkan SOP (standar operasional prosedur) yang harus diedukasi kepada masyarakat setempat agar tertib dalam mengunjungi candi Borobudur.
Ada sebagian masyarakat mengatakan untuk tiket harga masuk saja masih meresahkan apalagi tiket naik kecandi dengan tarif Rp750.000 yang terbilang sangat tinggi.dan kebijakan ini diambil secara instan yang tidak dilakukan melalui proses sosialisasi sehingga saat diketahui masyarakat sangatlah mengguncang masyarakat apalagi para pedagang yang berada dikawasan candi Borobudur.
Jadi sebagai pemerintah yang bijaksana dalam menerapkan kebijakan sepatutnya harus dikaji secara terperinci dan prosesnya harus bertahap bukan secara insatn lansung diputuskan. Sebab kebijakan sangat rentan bagi pola sosial masyarakat jadi perlu pertimbangan dengan melibatkan berbagai pihak yang sekiranya mampu mendorong untuk mencari solusi secara bersama dalam hal konservasi candi Borobudur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H