Mohon tunggu...
Sapurang Sangadji
Sapurang Sangadji Mohon Tunggu... Jurnalis - kuliah di universitas sarjanawiata tamansiswa

saya sapurang sangadji lahir di rohomoni kota ambon, kuliah di universitas sarjanawiata tamansiswa

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Anak Rantau Merasa Gagal Menjadi Seorang Anak di Momen Lebaran

2 Mei 2022   01:01 Diperbarui: 2 Mei 2022   01:37 729
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hati tidak bisa menghianati pemikiran untuk memoleskan kebahagiakaan jika lebaran menyapa waktu untuk kita saling mendiagnosakan pola kebersamaan dengan rasa indah. Waktu lebaran diamana  waktu memberikan momen bagi setiap insang yang menjalaninya dengan suka rasa akan kebersamaan dengan keluarga.

Begitu warna indah yang dirasakan jika saling berpapasan antar sedarah, serahim dan sekeluarga. Dan yang paling mengentalkan rasa kebahagiaan adalah ketika bersama dengan nafas hidup kita yaitu orang tua yang selalu menjadi sumber kekuatan dan cintah indah buat diri kita.

Namun jika membuka lembaran rasa anak rantau saat waktu lebaran sangat miskin dalam merasakan kebahagiaan. Karena tak sempat membersamai orang-orang yang dicintai dan merasa sendiri dengan membendungkan rindu menerkam pikiran. Mungkin saat lebaran anak rantau hanya bisa merasakannya dengan momen yang biasa saja tanpa melibatkan rasa kesan yang indah.

Bahkan merasa hampa dimomen indah adalah rasa yang dialami oleh anak rantau, hampa lantaran tak berdaya dengan pemikiran akan rindu yang dibendung tak kunjung dialirkan ke orang-orang yang dicintai, bahkan berada ditanah rantau selalu menganggap diri tidak berguna sebagai anak yang tidak bisa mengabdikan diri membersamai orang tua untuk merasakan indahnya momen lebaran.

Diwaktu lebaran pastinya orang tua mengaharapkan anak-anaknya untuk pulang menemanin mereka demi menenun kebahagiaan bersama. Namun realita memalingkan rasa menjadi sedih bagi anak ditanah rantau, dan bagi orang tua yang sedang menanti. Sungguh merasa gagal menjadi seorang anak jika membiarkan orang tua menanti kedatangan kita sebagai anak-anaknya apalagi disaat mereka butuh kekuatan kita untuk sama-sama merayakan lebaran.

Lebaran ditanah rantau membuat dunia seakan menghilangkan rasa dalam sekejab, menutup lara yang tak mampu mengontrol jiwa bahkan menghasut pikiran dalam keterpurukan. Seketika nuansa indah pun tidak mampu menghiasi indra. Semuanya lenyap dalam kerinduan akan kebersamaan dengan orang tua dan sekeluarga semuanya. Begitulah unek-unek rasa anak rantau saat lebaran yang tak mampu menyusun langkah cinta membersamai orang tua untuk merasakan keindahan dalam nuansa lebaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun