Saya tidak mau bilang SETUJU atau TIDAK tentang ReDenominasi Rupiah, tapi saya sendiri merasa di Indonesia sudah agak "aneh". Aneh dalam artian uang receh sudah TIDAK DIHARGAI. Saya sangat heran kenapa dikasih "premen" untuk uang kembalian. Mungkin hanya Indonesia yang seperti ini. Dalam hati saya pikir, kenapa bikin mata uang satuan kecil, tapi uang itu sendiri TIDAK ADA. Angka "1" itu sangat berharga. Kalau kita belanja barang 1000, sementara uang kita 999, maka kita tidak akan bisa beli barang itu. Tapi sementara ini kita mengalami adakah yang menghargai uang 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 50 rupiah ????? Pengalaman saya di kota seperti Jakarta, Bandung, Yogya, Semarang mungkin sudah tidak ada lagi yang menghargai uang 5 rupiah dan 10 rupiah ( atau emang tidak ada ya ? ). Sekarng ini barang2 atau makanan atau barang dagangan harga minimal berapa ya ? Penentuan harga di sebuah toko dan distributor mungkin sangat berbeda. Di distributor angka 5 masih sangat berarti, karena jumlah transaksi atau jumlah penjualan dalam jumlah besar, misalnya minimal 100 buah. Dalam transaksi 100 buah barang, maka nilai 5 menjadi 500. Namun demikian untuk toko atau retailer kiranya perlu diperhatikan dalam menentukan satuan terkecil harga. Selain itu juga diperhatikan hasil perhitungan setelah dihitung dengan pajak, sehingga jumlah yang harus dibayar oleh pembeli menjadi jumlah yang gampang dibayar dan ada "uang kembaliannya" dan bukan dengan "premen". Dari kasus diatas emang ada solusi lain yaitu dengan menggunakan "kartu debet", tapi tidak semua orang dan tidak semua tempat bisa digunakan kartu debet tadi. Solusi lain  adalah yang emang sekarang ini "sedang dipikirkan" oleh pemerintah yaitu Denominasi atau ReDominasi. Di jelaskan bahwa "denominasi" yang mau dilakukan "bukan" pengurangan nilai uang itu sendiri. Terus maksud nya apa? Mungkin banyak yang belum bisa mengerti, termasuk saya he he he. Saya coba tuliskan apa yang ada dikepala saya. Baca berita kompas hari ini ( 2 Agustus 2010 ) : http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/08/02/14422313/Syarat.Utama.Pemangkasan.Nilai.Pecahan.Mata.Uang Dalam Redominasi dikatakan tidak mengurangi nilai tapi mengubah nilai NOL. Misalnya ditentukan mengurangi nilai 2 NOL, jadi uang Rp 100.000 menjadi Rp 1000. Terus gimana prakteknya ? Ini akan sangat susah ditangkap maksudnya baik oleh prudusen/penjual dan juga pembeli/konsumen. Cara mudah menangkap ide/maksud ini dengan cara begini : Andaikan ada jenis uang baru Rupiah misalnya NRP. Misalnya redominasi dengan 2 NOL, berarti uang dengan NRP 1.000 artinya ini berharga RP 100.000 ( untuk uang lama ). Jadi di toko2 musti dituliskan dua macam harga harga dengan NRP dan harga dengan RP. ( NRP dan RP ini hanya cara saya menerangkan, bisa saja yang baru tetap RP tapi jenis uang baru ). Kesimpulannya apa ? Ya Bank Indonesia mau bikin uang baru dengan nominal kecil tapi value sama dengan uang lama. Semoga apa yang saya tulis bisa dimengerti. Hal ini dilakukan berangsur-angsur sehingga nanti sistem semua menganut cara penentuan uang baru. Tapi pelaksanaannya tidak segampang yang saya tulis tadi, karena menyangkut banyak segi dalam kehidupan, terutama untuk harga2 barang yang murah. Barang2 atau harga jasa yang punya nilai tinggi bisa langsung di konversi dengan mengurangi 2 NOL. Menurut saya nilai uang itu adalah "perjanjian". Bisa saja tanpa mencetak uang baru, tapi dengan menentukan aturan baru. Sekali lagi yang saya tulis itu adalah penangkapan saya, bener apat tidak mungkin ada yang bisa mengkoreksi atau membetulkan. Setidaknya saya menuliskan apa yang saya tangkap. Cerita Ringan Soal Uang Logam di Jepang Di jepang sendiri uan pecahan ( logam sendiri 1 YEN ) dan ini masih dihargai. Artinya kembalian juga selalu diberikan secara benar, 1 atau 2 YEN kembalian pun pasti ada uang kembalinya. Jadi emang kita harus konsisten dan dalam menentukan harga dan siap kembalian. Jangan bikin harga yang susah memberikan kembalian. Saya sendiri nggak habis pikir, kalau kembalian pakai premen itu lalu AUDIT atau CHECK keuangan di komputer gimana ya? Pasti tidak cocok. Terus gimana ya selama ini toko2 pada mengececk uang masuk atau uang penjualannya ? ( mungkin mereka mengabaikan 2 NOL dibelakang juga , mungkin ? ) Tanyakan ke orang yang kerja di situ saja. Kalau ada sesuatu yang baru lebih baik kita mengerti dulu, jangan cepat MENOLAK atau RIBUT dulu. Emang semua perubahan itu pada awalnya SUSAH, tapi bukan berarti tidak baik. Jadi kalau ada perubahan meski SUSAH di awalnya, tapi kalau menuju ke ARAH yang baik mari kita dukung saja. Di jepang ada 6 jenis uang logam ( recehan ): 1 YEN ( warna perak ), 5 YEN ( warnah emas ada lubang di tengah ), 10 YEN ( warna perunggu), 50 YEN ( warna ... ada lubang ditengah, agak kecil, 100 YEN ( warna ... tidak ada lubang ) dan 500 YEN ( warna keemasan juga, paling besar ). Di jepang banyak kita jumpai "Vending Machine" yaitu alat dimana kita melakukan pembayaran di mesin untuk pembelian minuman atau makaman. Dalam vending machine ini uang logam 1 YEN dan 5 YEN tidak bisa digunakan. Di tempat pembelian karcis/ticket kereta juga kita menggunakan mesin. Lalu gimana kalau kita uangnya cuma 1 YEN dan 5 YEN, bisa pergi ke petugas atau penjual makanan/minuman dan bisa tukar ke situ atau kadang langsung pembayaran ke petugas juga bisa. Salam senang selalu ( hb. sapto nugroho )
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H